Kinerja ekspor industri furnitur Indonesia melemah pada awal tahun ini. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang kuartal I 2023 industri tersebut mencatatkan ekspor seberat 128,04 ribu ton, turun 32,42% dibanding kuartal I 2022.
Dalam periode sama, nilai ekspornya juga turun 32,97% menjadi USD 573,61 juta, dengan rincian seperti terlihat pada grafik di atas.
(Baca: Kinerja Ekspor Turun Awal 2023, Menaker Izinkan Industri Potong Gaji Buruh)
Penurunan kinerja ini terjadi di seluruh subkategori industrinya. Pada kuartal I 2023, penurunan volume ekspor paling besar terjadi pada industri furnitur logam (-50,85%).
Penurunan volume ekspor secara signifikan juga dialami industri furnitur kayu (-34,37%), furnitur rotan/bambu (-29,12%), furnitur plastik (-28,73%), dan furnitur dari bahan lainnya (-20,25%).
Melemahnya kinerja industri furnitur telah memicu pemangkasan tenaga kerja di sejumlah pabrik.
Menurut Anne Patricia Sutanto, Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), pengusaha furnitur melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebesar 10% sampai 20% dari total karyawannya.
Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat menyatakan, kalangan pengusaha bersama pemerintah terus berupaya memulihkan kinerja industri furnitur dengan mencari pasar baru, mengingat negara pasar utamanya sedang mengalami resesi.
"Kita tahu bahwa Amerika sidang resesi, Eropa juga sedang resesi. Tapi ini kan sementara, jadi kita semua harus berbuat sesuatu, tadi juga sudah disebutkan dengan Pak Menteri Teten (Menkop UKM), kita sedang mencari pasar-pasar baru," kata Dedy, disiarkan Katadata.co.id, Selasa (9/5/2023).
"PHK itu kan sementara, memang terjadi karena pasarnya lagi menyusut. Tapi nanti tahu-tahu hire lagi," ujarnya.
(Baca: 13 Ribu Karyawan Kena PHK pada Kuartal I 2023)