Ford Motor Company, pabrikan mobil kenamaan dari Amerika Serikat, terjun ke proyek pemurnian nikel di Sulawesi Tenggara (Sulteng). Dilansir dari Katadata, smelter ini bakal memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik.
Ford digandeng PT Vale Indonesia dan Zhejiang Huayou Cobalt dan mengucurkan nilai proyek US$ 4,5 miliar (Rp 67,4 triliun) yang ditandatangani pada Kamis (30/3/2023). Proyek tersebut akan berlokasi di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka.
Lantas, bagaimana penjualan hingga target produksi mobil listrik Ford ke depan?
CNN menyebut, kendaraan listrik Ford yang terjual mencapai 96 ribu unit pada 2022. Sebenarnya Ford sempat mengalami kerugian sekira US$3 miliar selama dua tahun terakhir.
Namun Ford mengharapkan kendaraan listrik ini bisa menghasilkan uang dengan cepat. Reuters bahkan menyebut perusahaan ini memasang target produksi cukup ambisius, yakni 600 ribu unit pada 2023.
Sebagian dari jumlah tersebut disebutkan, yakni 270 ribu unit Mustang Mach-E, 160 ribu unit pick-up F-150 Lightning, 150 ribu tansit van, dan 30 ribu SUV baru.
Pada akhir 2026 mendatang, Ford menargetkan produksi tahunan lebih dari 2 juta unit. Maka dari itu, mereka mengambil sekira 70% dari kapasitas produksi sel baterai.
"Ford mengatakan mereka juga mengambil bahan baku sel baterai secara langsung, sepakat untuk memperoleh sebagian besar nikel yang dibutuhkan hingga tahun 2026 dan seterusnya melalui perjanjian dengan unit Vale SA di Kanada dan Indonesia, Huayou Cobalt China dan BHP," tulis Reuters pada Juli 2022 lalu.
(Baca juga: Penjualan Mobil Listrik Baterai Tumbuh Pesat, Salip Mobil Hybrid)