Berdasarkan data Trading Economics, hanya ada 9 negara anggota G20 yang industri manufakturnya masih kuat pada Oktober 2022.
Hal itu tercermin dari Manufacturing Purchasing Manager’s Index (PMI) atau indeks manufaktur yang berada di level 50 ke atas, mengindikasikan kondisi industri manufaktur yang stabil atau ekspansif.
Negara G20 yang memiliki indeks PMI manufaktur kuat pada Oktober 2022 adalah Arab Saudi (57,2), India (55,3), Indonesia (51,8), Brasil (50,8), Jepang (50,7), Rusia (50,7), Amerika Serikat (50,5), Meksiko (50,3), serta Afrika Selatan (50).
Pada Oktober 2022 indeks PMI manufaktur Indonesia turun dibanding bulan sebelumnya, seiring rendahnya permintaan baru dari pasar ekspor akibat perlambatan ekonomi global. Namun, masih adanya permintaan domestik membuat indeks PMI Indonesia tercatat ekspansif, bahkan tergolong tinggi di kelompok G20.
Sedangkan indeks manufaktur 10 anggota G20 lainnya berada di bawah level 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi.
Indeks PMI manufaktur Jerman paling rendah di antara G20, yakni 45,1 pada Oktober 2022, diikuti Inggris (46,2) dan Uni Eropa (46,4).
Indeks PMI manufaktur Jerman itu menjadi level terendah sejak awal pandemi. Industri manufakturnya mengalami kontraksi tajam seiring tingginya inflasi, yang dipicu kenaikan biaya energi dan penurunan permintaan.
Indeks PMI manufaktur Inggris juga berada di level terendah dalam 29 bulan terakhir. Hal ini dipengaruhi turunnya kontrak dalam 4 bulan secara beruntun, permintaan ekspor yang melemah, serta terganggunya rantai pasokan.
(Baca: PMI Manufaktur Indonesia Masih Ekspansif di ASEAN)