Setelah tertekan pandemi Covid-19, perekonomian Amerika Serikat (AS) kini menghadapi tantangan gelombang inflasi akibat naiknya harga komoditas energi dan makanan.
Biro Statistik Ketenagakerjaan AS melaporkan Negeri Paman Sam ini mengalami inflasi sebesar 0,3% pada April 2022 dibanding bulan sebelumnya (month to month/m-to-m).
Jika dibandingkan dengan bulan April 2021, inflasi umum AS per April 2022 sudah mencapai 8,3% (year on year/yoy).
Secara tahunan (yoy), inflasi tersebut sedikit menurun dibandingkan Maret 2022 yang mencapai 8,5% (yoy). Kendati begitu, inflasi AS tetap saja berada di level tinggi.
Inflasi makanan di AS pada April 2022 sebesar 0,9% (m-to-m) atau 9,4% (yoy). Sedangkan untuk komoditas energi secara bulanan mengalami deflasi 2,7% (m-to-m), namun secara tahunan masih terjadi inflasi 30,3% (yoy).
Kemudian inflasi inti AS pada April 2022 sebesar 0,6% (m-to-m) atau 6,2% (yoy). Di mana inflasi komoditas tanpa makanan dan energi sebesar 0,2% (m-to-m) atau 9,7% (yoy).
Inflasi AS yang masih tinggi tersebut memunculkan spekulasi bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bakal menaikkan lagi suku bunga acuannya secara agresif.
Sebelumnya, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis points (bps) ke level 1% pada 4 Mei 2022. Kenaikan ini merupakan yang terbesar dalam 2 dekade terakhir.
Nasib suku bunga acuan itu kemudian akan ditentukan kembali pada sidang Dewan Gubernur The Fed berikutnya, yang dijadwalkan pada 14-15 Juni dan 26-27 Juli 2022.
(Baca: Redam Inflasi AS, The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan Secara Agresif 50 Bps)