Pasokan bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis solar subsidi yang dijual PT Pertamina (Persero) belakangan ini terpantau mengalami kelangkaan di sejumlah daerah.
Menurut Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, kelangkaan solar subsidi ini disebabkan karena meningkatnya permintaan solar di masyarakat, melebihi kuota solar subsidi pada 2022.
Kuota retail solar subsidi tahun 2022 yang ditetapkan untuk disalurkan Pertamina hanya sebesar 14,05 juta kilo liter (KL), turun sekitar 5% dari tahun sebelumnya. Namun, permintaan solar subsidi ini diprediksi naik hingga 16 juta KL atau ada peningkatan 14% dari kuota.
Selain itu, Nicke juga menjelaskan kelangkaan solar bersubsidi ini terjadi lantaran selisih harga dengan solar nonsubsidi yang semakin jauh. Selisih harga solar bersubsidi dan nonsubsidi kini mencapai Rp7.800 per liter.
Penyebab lainnya karena ada peningkatan konsumsi BBM solar bersubsidi. Porsi konsumsi solar bersubsidi mencapai 93% dari total konsumsi jenis BBM solar.
Sementara, BBM solar nonsubsidi konsumsinya hanya mencapai 7%. Menurutnya, antrean solar bersubsidi banyak terjadi di daerah industri sawit dan pertambangan.
"Antrian ini banyak yang dari industri sawit dan tambang. Kita duga banyak yang pakai solar subsidi. Dan ini kelihatannya, penjualan solar non subsidi turun, solar subsidi naik, padahal industri naik," ujar Nicke dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (28/03/2022).
(Baca Juga: BBM Satu Harga Menjangkau 331 Lokasi pada 2021)