Biro Statistik Tenaga Kerja (Bureau of Labor Statistics) Amerika Serikat (AS) melaporkan pada Februari 2022 terjadi inflasi sebesar 0,8% dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month to month/m-to-m). Jika dibandingkan dengan Februari 2021, laju inflasi bulan lalu mencapai 7,9% (Year on Year/YoY)
Naiknya harga komoditas energi, bahan pangan, serta jasa telah memicu inflasi Amerika Serikat ke level tertingginya dalam 40 tahun terakhir. Dengan adanya gangguan pasokan komoditas energi dan bahan pangan dapat memperparah inflasi di Negeri Paman Sam tersebut.
(Baca: Ini Data Inflasi AS yang Jadi Alasan The Fed Naikkan Suku Bunga)
Pada bulan lalu, laju inflasi makanan mencapai 1% (m-to-m) atau 7,9% (YoY). Dengan rincian, inflasi makanan rumah mencapai 1,4% (m-to-m) atau 8,6% dan makanan di luar rumah terjadi inflasi sebesar 0,4% (m-to-m) atau 6,8% (YoY).
Sedangan laju inflasi energi pada Februari 2022 sebesar 3,5% (m-to-m) atau 25,6% (YoY). Dengan rincian, komoditas energi mengalami inflasi 6,7% (m-to-m) atau 37,9% (YoY), di mana gasoline untuk semua tipe mengalami inflasi 6,6% (m-to-m) atau 38% (YoY).
Tingginya laju inflasi tersebut memunculkan spekulasi bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bakal segera melakukan pengetatan kebijakan moneternya (tapering) secara agresif mulai bulan ini.
(Baca: The Fed Tahan Suku Bunga Acuan di Level 0-0,25%)
Sebagai informasi, suku bunga acuan The Fed saat ini masih berada di level terendahnya sebesar 0,25%. Dewan Gubernur The Fed dijadwalkan akan melakukan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 15-16 Maret 2022.