PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau Bank BNI berhasil membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk senilai Rp 10,9 triliun sepanjang 2021. Laba Bank BNI tersebut melonjak lebih dari 3 kali lipat atau 232,23% dibanding tahun sebelumnya hanya Rp 3,28 triliun.
Laba bersih per saham emiten yang memiliki kode perdagangan di Bursa Efek Indonesia BBNI tersebut juga melonjak menjadi Rp 585 per saham pada tahun lalu dibanding tahun sebelumnya hanya sebesar Rp 176 per saham.
Pendapatan bunga Bank BNI hanya turun 10,94% menjadi Rp 50,03 triliun sepanjang 2021 dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 56,17 triliun. Sementara, beban bunga menyusut sebesar 38,07% menjadi Rp 11,78 triliun sepanjang tahun lalu dibanding tahun sebelumnya Rp 19,02 triliun.
Beban bunga yang turun lebih besar dibanding pendapatan bunga membuat pendapatan bunga bersih BBNI tumbuh 2,95% menjadi Rp 38,25 triliun pada tahun lalu dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 37,15 triliun.
Selain itu, beban operasional yang menyusut hingga 19,51% menjadi hanya Rp 26,88 triliun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 33,39 triliun. Hal itu mampu memicu kenaikan laba bank milik pemerintah tersebut.
Ekuitas bank yang 60% sahamnya dimiliki Pemerintah Indonesia tersebut tumbuh 12,55% menjadi Rp 121,48 triliun sepanjang tahun lalu dibanding tahun sebelumnya. Demikian pula kewajiban bank tersebut meningkat 7,65% menjadi Rp 843,36 triliun sepanjang tahun lalu. Alhasil, aset Bank BNI tumbuh 8,25% menjadi Rp 964,84 triliun pada akhir 2021.
Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) kotor Bank BNI turun menjadi 3,7% pada akhir 2021 dibanding tahun sebelumnya sebesar 4,25%. Sedangkan, rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) meningkat menjadi 19,74% pada akhir 2021 dibanding tahun sebelumnya hanya 16,78%.
(Baca: Melonjak 66,84%, Laba Bank Mandiri Catat Rekor Tertinggi pada 2021)