Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia mendapat kepercayaan memegang Presidensi G20 sejak 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. Dalam Presidensi tersebut, Indonesia mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger” atau “Pulih Bersama, Bangkit Perkasa”.
G20 merupakan forum Kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa. Kelompok G20 mempresentasikan 75% perdagangan global dan 80% dari produk domestik bruto (PDB) dunia.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit dalam berdagang dengan 10 negara anggota G20. Indonesia mencatat defisit perdagangan terbesar dengan Australia, yakni senilai US$ 5,33 miliar sepanjang Januari-November 2021.
Rinciannya, nilai ekspor Indonesia ke Negeri Kanguru tersebut hanya sebesar US$ 2,97 miliar pada periode Januari-November tahun lalu. Sedangkan nilai impor Indonesia dari negara tersebut mencapai US$ 8,31 miliar pada periode yang sama.
(Baca: Di G20, Ekonomi Indonesia Urutan Berapa?)
Tidak hanya dengan Australia, Indonesia juga mengalami defisit perdangan dengan Saudi Arabia, Argentina, Tiongkok, Brasil. Kemudian juga dengan Kanada, Afrika Selatan, Korea Selatan, Jerman dan Prancis.
Namun, Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan Inggris, Meksiko, Italia, Turki, Jepang, India, serta Amerika Serikat.
Catatan: Data perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Uni Eropa tidak tersedia.