Hasil survei Katadata Insight Center (KIC) bersama Change.org dan Kawal Covid-19 menunjukkan, mayoritas atau 70% masyarakat tidak setuju jika vaksin virus corona Covid-19 harus berbayar. Hanya 20,2% masyarakat Indonesia yang setuju dengan wacana tersebut. Sisanya sebanyak 9,8% responden menyatakan tidak tahu.
Usia mempengaruhi sikap seseorang terhadap wacana vaksin berbayar. Semakin muda usia responden, maka semakin tinggi pula ketidaksetujuan mereka terhadap vaksin berbayar.
Sebagai contoh, responden berusia 18-24 tahun yang menolak wacana vaksin berbayar mencapai 78,6%. Persentase tersebut jauh lebih tinggi dari responden berusia di atas 75 tahun yang menolak vaksin berbayar sebesar 57,9%.
Begitu pula dengan status ekonomi sosial (SES) seseorang. Semakin rendah SES, maka semakin besar penolakan mereka terhadap vaksin berbayar.
Responden pada SES A yang menolak vaksin berbayar tercatat mencapai 61,2%. Responden pada SES B yang menolak vaksin berbayar meningkat jadi 72,5%.
Pada SES C, responden yang menolak vaksin berbayar sebesar 76,4%. Sedangkan, ada 75,6% responden dengan SES D-E yang menolak vaksin berbayar.
Adapun, terdapat sejumlah alasan masyarakat tak setuju vaksin berbayar. Mayoritas atau 73,9% responden beralasan vaksin merupakan hak warga negara, khususnya dalam situasi darurat seperti saat ini.
Sebanyak 67,9% responden menilai wacana vaksin berbayar tak adil kepada mereka yang tidak mampu. Lalu, 53,5% tesponden menilai wacana vaksin berbayar berpotensi menjadi ladang korupsi.
Survei ini diadakan dengan melibatkan 8.299 responden yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Survei dilakukan secara daring pada 6-22 Agustus 2021.
(Baca: KIC: Sentra Vaksinasi Covid-19 Milik Pemerintah Jadi Pilihan Utama Masyarakat)