Industri Mikro Kecil (IMK) merupakan salah satu sektor yang paling terdampak pandemi virus corona Covid-19. Sekitar 7,06% usaha IMK harus tutup sementara dan 11,25% tidak berproduksi pada kuartal IV-2020.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi IMK mengalami kontraksi 17,5% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal IV-2020. Kontraksi tersebut merupakan yang keempat kalinya sepanjang tahun lalu.
Produksi IMK mulai mengalami kontraksi sebesar 12,77% (yoy) ketika awal terjadi pandemi saat kuartal I-2020. Kontraksi tersebut makin dalam menjadi sebesar 21,31 pada kuartal II-2020 (yoy).
Pada kuartal selanjutnya, produksi IMK mulai mengalami perbaikan. Kendati, kontraksi masih terjadi hingga kuartal IV-2020.
Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/q-to-q), produksi IMK mengalami kontraksi terdalam sebesar 13,02% pada kuartal I-2020. Penurunan produksi IMK pun kembali terjadi sebesar 9,57% (q-to-q) pada kuartal II-2020.
Produksi IMK secara kuartal berhasil bangkit pada kuartal III-2020 lantaran tumbuh 3,3% (q-to-q). Hanya saja, pertumbuhan tersebut kembali melambat menjadi sebesar 1,5% (q-to-q) pada kuartal IV-2020.
Masih menurut laporan tersebut, IMK di Pulau Jawa berkontribusi sebesar 43,66% dari nilai tambah IMK nasional pada Oktober-November 2020. Berdasarkan provinsinya, kontribusi terbesar berasal dari IMK di Jawa Timur, yakni 12,96%.
Sementara berdasarkan sektoral Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI), sektor makanan merupakan jenis usaha dengan share terbesar terhadap indeks IMK selama 2020. Pada kuartal IV-2020, share IMK makanan mencapai 24,28%, dikuti industri barang galian bukan logam 11,56% dan industri pakaian jadi 9,67%.
(Baca: Jumlah Industri Mikro Kecil Bertumbuh di Jakarta, Berapa Angkanya?)