Utang luar negeri swasta hingga November 2018 meningkat sebesar 9,92% menjadi US$ 189,35 miliar atau setara Rp 2.650,85 triliun dengan kurs Rp 14.000/dolar Amerika Serikat dibanding posisi akhir 2017. Sementara utang luar negeri pemerintah dan bank sentral hanya tumbuh 1,6% menjadi US$ 183,52 miliar atau setara Rp 2.569,24 triliun. Alhasil utang luar negeri Indonesia tumbuh 5,66 % menjadi US$ 372,86 miliar atau sekitar Rp 5.220,1 triliun dari posisi akhir 2017
Pertumbuhan utang luar negeri swasta yang lebih kencang dibanding utang pemerintah membuat utang luar negeri swasta kembali lebih besar dari utang luar negeri pemerintah sejak September 2018. Sebagai informasi, utang luar negeri swasta terbesar berasal dari kalangan swasta nasional, yakni mencapai 33,9% kemudian diikuti swasta campuran 33,06%, lalu BUMN 22,04% dan swasta asing 10,53%.
Sementara pertumbuhan utang luar negeri swasta terbesar dicatat oleh BUMN yang naik 25,15% menjadi US$ 42,48 miliar dibanding posisi akhir 2017. Lalu, diikuti utang swasta campuran yang tumbuh 9,44% menjadi US$ 62,6 miliar dari sebelumnya kemudian utang swasta asing meningkat 8,35% menjadi US$ 19,94 miliar serta utang swasta nasional meningkat 2,12% menjadi US$ 64,33 miliar.
(Baca Databoks: 3 Tahun Jokowi-JK, Utang Luar Negeri Pemerintah Naik 35 Persen)