Nilai tukar rupiah kini mulai ditransaksikan di atas Rp 15.000/dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg nilai tukar rupiah pada transaksi, Selasa (2/10) ditutup di level Rp 15.043/dolar AS terpuruk Rp 132/dolar AS (0,88%) dari penutupan sehari sebelumnya. Untuk pertama kalinya nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp 15.000/dolar AS sejak krisis moneter 1998.
Pada transaksi hari ini, Rabu (3/10) nilai tukar rupiah kembali melemah hingga ke level Rp 15.088/dolar AS. Harga minyak mentah dunia jenis Brent yang mencapai US$ 85/barel menjadi salah satu pemicu tertekannya nilai tukar rupiah ke level terendahnya sejak 14 Juli 1998. Dengan naiknya harga minyak dunia maka biaya impor solar juga akan meningkat. Imbasnya neraca perdagangan Indonesia akan kembali defisit. Ini yang menjadi kekhawatiran para pelaku pasar.
Tekanan terhadap rupiah sepertinya masih akan berlanjut. Ini tercermin dari nilai tukar rupiah untuk kontrak berjangka satu bulan ke depan telah berada di level Rp 15.203/dolar AS. Demikian pula untuk kontrak berjangka tiga bulan ke depan di level 15.408/dolar AS. Sementara kurs referensi di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) telah berada di level Rp 15.088/dolar AS pada Rabu (3/10).