Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai tukar petani (NTP) gabungan turun 2,81% (month-to-month/m-to-m) ke level 123,56 pada Mei 2022 dibanding bulan sebelumnya. Penurunan ini merupakan yang kedua kalinya terjadi secara beruntun.
Penurunan NTP merupakan indikator yang menunjukkan turunnya tingkat kesejahteraan petani, seiring dengan turunnya indeks yang diterima petani (iT) dan naiknya indeks yang dibayar petani (iB).
Jika dirinci berdasarkan sektornya, kesejahteraan petani perkebunan rakyat mengalami penurunan paling tajam pada Mei 2022. Hal ini tercermin dari indeks nilai tukar petani perkebunan rakyat (NTPR) yang melemah 9,29% (m-to-m) ke level 123,56.
Penurunan nilai tukar petani perkebunan terutama dipicu oleh turunnya NTPR Riau yang melemah 16,35% (m-to-m) ke level 144,39 pada Mei 2022, dibanding bulan sebelumnya yang masih di posisi 172,62.
Demikian pula NTP petani tanaman pangan (NTPP) turun 0,32% (m-to-m) ke posisi 97,04 pada Mei 2022.
Penurunan NTP perkebunan dan tanaman pangan terjadi di tengah kondisi pelarangan ekspor minyak sawit (crude palm oil/CPO) beserta produk turunannya yang berlaku sejak 28 April 2022. Namun, larangan itu akhirnya dicabut dan ekspor kembali diizinkan mulai 23 Mei 2022.
Sementara itu NTP peternakan (NTPT) naik 0,07% (m-to-m) ke posisi 101,59 pada Mei 2022.
Kemudian NTP perikanan naik 0,26% (m-to-m) ke level 106,33, serta NTP tanaman hortikultura (NTPH) naik 2,75% (m-to-m) ke posisi 104,12.
(Baca: Tingkat Kesejahteraan Petani Tertinggi Ada di Sektor Perkebunan)