Naiknya harga minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) membuat tingkat kesejahteraan petani tanaman perkebunan meningkat pada 2021. Tingkat kesejahteraan petani tanaman perkebunan bahkan tercatat paling tinggi dibandingkan dengan petani subsektor lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai tukar petani tanaman perkebunan (NTPR) naik 15,96% menjadi 120.97 pada 2021 dibanding tahun sebelumnya masih berada di 104,32. Jika dibandingkan dengan awal perhitungan indeks (2018=100), tingkat kesejahteraan petani tanaman perkebunan telah meningkat 20,97%.
Nilai tukar petani nelayan dan pembudidayaan ikan (NTNP) juga naik 2,94% menjadi 103,97 pada 2021 dibanding tahun sebelumnya 100,35. Kemudian nilai tukar petani tanaman hortikultura (NTPH) naik 0,36% ke posisi 101,6 pada tahun lalu dibanding tahun sebelumnya di 101,28. Demikian pula nilai tukar petani peternakan (NTPT) naik 1,13% menjadi 99,19 pada 2021 dari sebelumnya 98,08.
Sementara nilai tukar petani tanaman pangan (NTPP) mengalami penurunan 3,2% ke posisi 98,21 pada 2021 dibanding tahun sebelumnya di 101,43. Harga hasil tanaman pangan yang tidak banyak berubah membuat indeks harga yang diterima petani (it) tidak banyak bergerak. Sementara harga barang keperluan rumah tangga dan barang produksi pertanian meningkat membuat indeks harga yang dibayar petani (ib) lebih besar dari yang diterima.
Nilai tukar petani (NTP) secara gabungan naik 2,94% ke level 104,64 pada 2021 dibanding tahun sebelumnya di 101,65. Hanya nilai tukar petani tanaman perkebunan yang berada di atas NTP gabungan. Nilai tukar petani subsector lainnya berada di bawah NTP gabungan. Bahkan, nilai tukar petani subsektor peternakan dan tanaman pangan berada di bawah level 100. Hal ini mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani kedua subsektor tersebut turun dari awal perhitungan indeks.
(Baca: Kesejahteraan Petani Perkebunan di 10 Provinsi Ini Tertinggi Nasional pada November 2021)