Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga acuan nikel Indonesia sebesar US$15.822,95 per dry metric tonne (dmt) pada Desember 2024.
Acuan itu turun hingga 7,31% dari November 2024 yang sebesar US$16.175,23 per dmt.
Dibandingkan dengan tahun awal kalender (year-to-date/ytd), harga acuan Desember 2024 juga turun 2,17% dari Januari 2024 yang sebesar US$16.368,86 per dmt.
Penurunan juga terjadi bila dibandingkan dengan acuan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) sebesar 10,36% dari Desember 2023 yang sebesar US$17.653,33 per dmt.
Harga acuan ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI (Kepmen ESDM) Nomor 339.K/MB.01/MEM.S/2024 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Bulan November tahun 2024, pada 20 Desember 2024.
Indonesia Berencana Pangkas Produksi Nikel Tahun Depan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk memangkas jumlah bijih nikel yang boleh ditambang atau diproduksi pada 2025. Menurut sumber Bloomberg, jumlah produksi nikel tahun depan hanya 150 juta ton, menurun 44,85% dari 272 juta ton pada tahun ini.
Pada laporan lain disebutkan bahwa penurunan angka produksi ini bertujuan untuk mendongkrak harga. Mengutip Bloomberg, rencana ini mungkin salah satu upaya pemerintah untuk menjaga jumlah cadangan nikel Indonesia yang makin menipis.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjadjaran Yayan Satyaki berharap rencana penurunan produksi nikel ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yakni meningkatkan harga nikel. Tren penurunan harga nikel saat ini disebabkan oleh kelebihan suplai di Indonesia.
"Terjadi oversuplus sebesar 253.000 ton pada pasar global, Indonesia menghasilkan lebih dari 50% pasokan dengan produksi nikel naik dari 24.7% ke 383.000 ton dari 307.000 ton jika dibandingkan dengan tahun lalu pada periode triwulan ke-3,” kata Yayan saat dihubungi Katadata.co.id pada Selasa (24/12/2024).
(Baca Katadata: Indonesia Berencana Pangkas Produksi Nikel Tahun Depan)