Pemberlakuan pembatasan kegiatan sosial guna meredam penularan Covid-19 membuat mobilitas masyarakat menjadi sangat terbatas. Kondisi ini berdampak besar pada usaha transportasi, termasuk transportasi udara.
Anjloknya kunjungan wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara membuat transportasi udara masih mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, subsektor angkutan udara kembali mengalami kontraksi 8,01% sepanjang 2021. Kontraksi tersebut merupakan yang terdalam dibandingkan subsektor transportasi lainnya seperti terlihat pada grafik.
Namun, angka kontraksi angkutan udara tahun 2021 lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2020 yang mengalami pertumbuhan negatif hingga 53,06%.
(Baca: Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Lapangan Usaha dengan Pertumbuhan Tertinggi pada 2021)
Subsektor angkutan rel juga masih mengalami pertumbuhan negatif 3,42% pada 2021, namun lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 13%.
Setelahnya ada subsektor angkutan sungai danau dan penyeberangan yang mengalami kontraksi 0,42% pada 2021, namun lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencatat pertumbuhan negatif 13%.
Adapun subsektor pergudangan dan jasa penunjang angkutan (pos dan kurir) tumbuh 5,03% pada 2021. Capaian tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya, serta lebih baik dibandingkan tahun 2020 yang mengalami kontraksi 17,61%.
Subsektor angkutan darat tumbuh 4,55% pada 2021, lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi 5,34%.
Demikian pula subsektor angkutan laut tumbuh 2,89% pada 2021, lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi 4,52%.
Secara umum, sektor transportasi dan pergudangan rerata tumbuh 3,24% pada 2021. Capaian tersebut lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi 15,05%.
(Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 3,69% pada 2021)