Selama periode 1959—2022, ada 1.027 kecelakaan pesawat terbang di seluruh dunia, baik fatal maupun non-fatal.
Secara global, rasio kecelakaan pesawat terbang selama 1959—2022 mencapai 1,13 kecelakaan per 1 juta penerbangan.
Data ini termuat dalam laporan Statistical Summary of Commercial Jet Airplane Accidents yang dirilis Boeing (September 2023).
Laporan itu mencatat, selama 1959—2022, jenis pesawat dengan rasio kecelakaan tertinggi adalah Fokker F-28, yaitu 4,4 kecelakaan per 1 juta penerbangan.
Fokker F-28 adalah pesawat terbang yang diproduksi Fokker, pabrikan asal Belanda.
Pesawat lain yang rasio kecelakaannya tergolong tinggi banyak berasal dari Boeing, pabrikan asal Amerika Serikat.
Ada pula yang berasal dari pabrikan Airbus asal Prancis, dan British Aerospace (BAE) asal Inggris.
Berikut rincian 10 jenis pesawat terbang dengan rasio kecelakaan tertinggi di dunia periode 1959—2022:
- Fokker F-28: 4,4 kecelakaan per 1 juta penerbangan
- Boeing MD-11: 3,21
- Boeing DC-10/MD-10: 2,87
- Airbus A310: 2,53
- Airbus A300: 2,52
- Boeing 737-100/200: 1,78
- BAE 146/RJ-70/85/100: 1,51
- Boeing 737 Max: 1,48
- Boeing DC-9: 1,45
- Boeing 727: 1,22
Di luar 10 model tersebut, ada beberapa jenis pesawat lain yang memiliki rasio kecelakaan tinggi, seperti Boeing 707/720, Sud Aviation Caravelle, BAE Comet, Convair CV-880-990, BAE Concorde, dan Dassault Aviation Mercure.
Namun, rasio kecelakaan pesawat-pesawat itu tidak tercatat dengan rinci, karena sudah tidak beroperasi dalam lima tahun terakhir.
Adapun jenis pesawat yang rasio kecelakaannya paling rendah meliputi Airbus A350, Airbus A380, Airbus C-Series, Boeing 717, Boeing 787, Boeing 747-8, dan Bombardier CRJ-700/900/1000.
Selama 1959—2022, rasio kecelakaan pesawat yang disebut belakangan ini tak sampai 0,00 kecelakaan per 1 juta penerbangan.
(Baca: Lion Air, Maskapai dengan Pesawat Terbanyak di Indonesia pada 2022)