Investor di berbagai belahan dunia gencar mengucurkan dana untuk mendorong pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Menurut The AI Index 2023 Annual Report yang dirilis Stanford University, pada tahun 2022 saja nilai investasi global untuk pengembangan AI mencapai USD 189,59 miliar atau sekitar Rp2.843 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per USD).
Meski berkurang dibanding 2021, nilai investasi itu masih tergolong tinggi dibanding sedekade sebelumnya, seperti terlihat pada grafik.
Pada 2022 investasi paling banyak ditujukan untuk pengembangan AI di sektor layanan medis (USD 6,1 miliar), manajemen data dan cloud (USD 5,9 miliar), serta teknologi keuangan (USD 5,5 miliar).
(Baca: Tiongkok Jadi Negara Terdepan dalam Riset AI, Lampaui AS dan Eropa)
Secara global, aliran investasi AI pada 2022 paling banyak masuk ke GAC Aion New Energy Automobile. Perusahaan mobil elektrik asal Tiongkok ini menerima investasi USD 2,5 miliar.
Setelahnya ada Anduril Industries, perusahaan teknologi militer di Amerika Serikat (AS) yang menerima investasi USD 1,5 miliar. Diikuti Celonis, perusahaan konsultan bisnis di Jerman yang menerima investasi USD 1,2 miliar.
Jika dikelompokkan per negara, dana investasi AI terbesar pada 2022 berada di AS dengan nilai total USD 47,4 miliar. Jumlah ini sekitar tiga kali lipat lebih tinggi dibanding investasi AI di Tiongkok yang nilainya USD 13,4 miliar.
Kendati nilai investasinya lebih rendah, Tiongkok tercatat lebih aktif melakukan penelitian ketimbang AS. Tiongkok menghasilkan sekitar 39% dari total publikasi jurnal riset AI global pada 2021, sedangkan AS hanya sekitar 10%.
Sepanjang 2021, jurnal riset AI juga lebih banyak berasal dari kampus-kampus di Tiongkok ketimbang kampus di AS.
(Baca: 10 Kampus Terdepan dalam Riset AI, Mayoritas dari Tiongkok)