Ada cukup banyak masyarakat Indonesia yang mengonsumsi berita online. Menurut survei Kementerian Kominfo dan Katadata Insight Center (KIC), dari 10.000 responden, sebanyak 26,7% biasa mengakses portal berita online untuk mendapatkan informasi.
Kendati demikian, kebanyakan orang tampaknya belum terbiasa menyaring berita yang mereka konsumsi.
Survei ini menemukan, mayoritas atau 60,9% responden tidak pernah memeriksa alamat situs berita yang aneh. Semisal, situs yang namanya dimirip-miripkan dengan media arus utama seperti Kompass.com dan sebagainya. Pengecekan alamat situs ini hanya sering dilakukan oleh 7% responden.
Kemudian 58,7% responden mengaku tidak pernah membaca bagian "About Us" atau "Tentang Kami" di suatu situs berita. Pengecekan latar belakang ini hanya sering dilakukan oleh 7% responden.
Ada juga 44,7% responden yang mengonsumsi berita hanya dari satu sumber saja. Sedangkan yang sering membaca lebih dari satu sumber hanya 17%.
Berbagai indikator di atas mengindikasikan ada banyak masyarakat Indonesia yang cenderung rawan terpapar disinformasi (informasi palsu yang sengaja disebarkan untuk menipu) ataupun misinformasi (informasi keliru atau tidak akurat yang mungkin disebarkan karena ketidaksengajaan).
Adapun disinformasi dan misinformasi bisa dihindari dengan mencermati alamat situs dan perusahaan media, kemudian melakukan verifikasi informasi dengan membaca beberapa sumber berita lain.
Responden yang terlibat dalam survei ini berjumlah 10.000 orang yang tersebar di 34 provinsi Indonesia. Kriteria responden merupakan anggota rumah tangga berusia 13-70 tahun serta pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir.
(Baca: 73 Persen Masyarakat Mendapatkan Informasi dari Media Sosial)