Kasus gagal ginjal akut anak yang sempat meledak pada 2022 lalu membuat publik khawatir. Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah kasus itu mencapai 326 kasus dan menyebabkan 204 anak meninggal dunia hingga 5 Februari 2023 lalu.
Data tersebut sudah termasuk temuan baru dari Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, yang tercatat pada Januari 2023 lalu. Satu anak terkonfirmasi Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) dan satu lagi yang awalnya tergolong suspect, per hari ini (16/12/2023) dinyatakan bukan pengidap GGAPA.
Kasus gagal ginjal akut anak sebenarnya telah terdeteksi pada Januari 2022 lalu. Saat itu jumlahnya terhitung dua-lima anak per dua bulan sekali, tetapi berikutnya meledak hingga 36 anak pada Agustus 2022, 78 anak pada September 2022, dan 114 anak pada Oktober 2022.
Per November-Desember 2022, kasus ini sempat dinyatakan tak menyumbang korban, baik yang sakit maupun meninggal.
Dilansir Katadata, Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan, memastikan bahwa penyebab kasus gagal ginjal akut ini karena konsumis obat sirop yang mengandung senyawa kimia berbahaya.
Senyawa tersebut antara lain etilen glikol (EG) dan turunannya, seperti dietilen glikol (DEG) maupun etilen glikol mono-butyl ether (EGBE).
“Hasilnya kami simpulkan penyebabnya adalah obat-obat kimia yang merupakan cemaran dari pelarut obat itu," ujar Budi di Istana Kepresidenan, Senin, 24 Oktober 2022.
Penarikan izin edar terhadap 69 obat sirop pun dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
(Baca juga: BPOM Dinilai Paling Bertanggung Jawab atas Kasus Gagal Ginjal Akut Anak)
Tercatat ada tiga perusahaan farmasi, yakni PT Yarindo Farmatama, PT Universal Pharmaceutical Industries, dan PT Afi Farma, yang terbukti memproduksi obat sirop mengandung cemaran EG melebihi batasnya.
Meledaknya kasus gagal ginjal akut ini membuat publik was-was dan berantisipasi. Ini tecermin dari penelusuran di Google sepanjang 2022.
Google melaporkan, pencarian 'penyakit ginjal anak' melonjak hingga 130% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Di bawahnya, ada pencarian 'obat sirup anak' dengan lonjakan hingga 100%.
Di samping itu, masyarakat turut mencari 'obat batuk anak' yang meningkat hingga 60%.
Year in Search (YIS) edisi kelima dibuat oleh Google untuk membantu pembacaan tren makro dan spesifik industri.
Google beranggapan, dengan adanya riset pencarian ini para pelaku industri bisa berupaya untuk memahami bukan hanya perubahan cara belanja orang Indonesia, tetapi juga cara bekerja dan memahami masa depan dalam kondisi ekonomi yang berubah sangat cepat.
Laporan ini dibagi menjadi tiga tema besar, di antaranya soul searching, value hunting, dan finding joy. Serta ada enam vertikal industri utama, yakni teknologi; media dan hiburan; kecantikan dan perawatan diri; makanan dan minuman; transportasi dan perjalanan; serta keuangan.
(Baca juga: Tren Pencarian Info Layanan Keuangan Digital Naik pada 2022)