Hasil survei Litbang Kompas menemukan, terdapat 85,9% responden yang menyatakan tidak setuju dengan kampanye hitam.
Rinciannya, sebanyak 54,9% responden mengaku tidak setuju dan 31% sangat tidak setuju.
Lalu responden diminta memilih satu kata yang terlintas dalam benak (top of mind) saat mendengar "kampanye hitam". Alhasil, mayoritas atau 27,9% mengasosiasikannya sebagai kampanye untuk melakukan provokasi.
"Dengan kata lain, publik menilai motif utama dalam kampanye hitam menyasar titik emosional pemilih," tulis Peneliti Litbang Kompas Vincentius Gitiyarko dalam laporannya, Senin (18/12/2023).
Berikutnya 19,4% responden menyebut kampanye hitam melekat dengan praktik kampanye yang tidak baik. Disusul oleh 18,5% yang menghubungkannya dengan cara berkampanye menjelek-jelekkan kontestan lain.
Kemudian kampanye yang didasari kebencian atau permusuhan muncul di benak 11,7% responden saat mendengar frasa kampanye hitam.
Ada pula responden yang menyebut kampanye dengan menyebarkan fitnah (11,1%), politik uang (9%), dan lainnya (2,4%).
Survei ini melibatkan 506 responden dari 34 provinsi di Indonesia, sampel dipilih secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi.
Pengambilan data dilakukan pada 20-23 November 2023 menggunakan metode wawancara telepon. Survei in memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 4,37% dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana, dan tingkat kepercayaan 95%.
(Baca juga: Apa Konten Kampanye Politik yang Disukai Anak Muda? Ini Surveinya)