Produksi minyak mentah Indonesia yang kian menyusut membuat pemerintah terpaksa impor minyak dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri.
Produksi minyak dari sumur existing yang semakin terbatas, serta belum ditemukannya sumur-sumur baru, membuat kebutuhan impor minyak mentah Indonesia cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor minyak mentah Indonesia terbesar pada 2021 berasal dari Arab Saudi dengan volume mencapai 4,42 juta ton dan nilai US$2,27 miliar.
Volume itu mencapai 32,08% dari total impor minyak mentah Indonesia yang totalnya seberat 13,78 juta ton. Volume impor minyak tersebut juga meningkat 31,08% dari tahun sebelumnya.
(Baca: Bukan dari Arab Saudi, Ini Negara Pemasok Minyak Olahan Terbesar ke RI pada 2021)
Impor minyak mentah Indonesia terbesar berikutnya berasal dari Nigeria seberat 3,92 juta ton dengan nilai US$1,94 miliar.
Kemudian dari Australia dengan berat mencapai 1,41 juta ton senilai US$809,3 juta, dan dari Angola seberat 901,7 ribu ton senilai US$432 juta.
Indonesia juga impor minyak mentah dari Gabon seberat 643,7 ribu ton senilai US$311,7 juta, dari Aljazair 582,4 ribu ton senilai US$298,6 juta, dan dari Malaysia seberat 559,3 ribu ton senilai US$275,6 juta.
(Baca: Volume Impor Minyak Indonesia Meningkat 14% Pada 2021)
Ada pula impor minyak mentah Indonesia yang berasal dari Azerbaijan dengan volume 447,6 ribu ton senilai US$227 juta, dari Equatorial Guinea dengan volume 278,9 ribu ton senilai US$149,2 juta, dan dari Amerika Serikat seberat 180,9 ribu ton dengan nilai US$96,2 juta.
Impor minyak mentah dari negara-negara lainnya seberat 431,4 ribu ton dengan nilai US$238,8 juta.