Naiknya harga beberapa komoditas unggulan Indonesia, seperti batu bara dan minyak sawit membuat nilai ekspor nonmigas melonjak tajam pada tahun lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor nonmigas Indonesia mencapai US$ 120,45 miliar setara Rp 1,72 kuadriliun (kurs Rp 14.269 per US$) sepanjang 2021. Nilai tersebut tumbuh 58,33% dibanding tahun sebelumnya yang hanya US$ 76,07 miliar.
Nilai ekspor nonmigas bahan bakar mineral (Harmonized System/HS 27) mencatat nilai terbesar, yakni mencapai US$ 32,84 miliar pada 2021. Nilai tersebut melonjak hampir dua kali lipat atau 90,3% dibanding tahun sebelumnya hanya US$ 17,26 miliar. Nilai tersebut berkontribusi sebesar 14,98% dari total ekspor nonmigas Indonesia.
Komoditas ekspor nonmigas terbesar berikutnya adalah lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), yakni mencapai US$ 32,82 miliar. Diikuti komoditas besi dan baja (HS 72) US$ 20,95 miliar, lalu mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) senilai US$ 11,79 miliar, dan produk kimia (HS 38) sebesar US$ 6,91 miliar.
Ada pula komoditas bijih logam, terak, dan abu (HS 26) dengan nilai ekspor sebesar US$ 6,35 miliar. Setelahnya ada logam mulia dan perhiasan/permata US$ 5,42 miliar, berikutnya nikel (HS 75) US$ 1,28 miliar, kakao dan olahnnya (HS 18) US$ 1,21 miliar, serta pupuk (HS 31) senilai 863,7 juta.
Nilai ekspor kesepuluh komoditas unggulan tersebut porsinya ,mencapai 54,93% dari total nilai ekspor nonmigas nasional tahun lalu. Sementara nilai ekspor nonmigas lainnya mencapai US$ 98,82 miliar.
(Baca: Ekspor Nonmigas RI ke Tiongkok Melesat 70,71% Sepanjang 2021)