Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus sebesar US$3,12 miliar pada Februari 2025.
Surplus ini turun 10,75% dibanding bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Namun, secara tahunan nilainya melonjak 274% (year-on-year/yoy) dibanding Februari 2024.
"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 58 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers secara daring, Senin (17/3/2025).
(Baca: Ekspor Industri Pengolahan Indonesia Menguat pada 2024)
Pada Februari 2025 neraca dagang Indonesia ditopang sektor nonmigas dengan surplus US$4,84 miliar. Komoditas penyumbangnya antara lain lemak dan minyak hewan nabati; bahan bakar mineral; serta besi dan baja.
Namun, surplus nonmigas tersebut tereduksi oleh defisit perdagangan migas sebesar US$1,72 miliar. Defisit ini disumbang komoditas hasil minyak dan minyak mentah.
Adapun surplus neraca dagang Indonesia pada Februari 2025 paling banyak berasal dari transaksi dengan Amerika Serikat, yaitu senilai US$1,57 miliar. Lalu India menyumbang surplus US$1,26 miliar, dan Filipina US$753,3 juta.
Di sisi lain, defisit perdagangan terbesar berasal dari transaksi dengan China sebesar US$1,75 miliar. Kemudian Australia menyumbang defisit US$428,6 juta dan Brasil US$168,1 juta.
Secara kumulatif, selama Januari—Februari 2025 sektor migas mengalami defisit US$3,15 miliar, sedangkan sektor nonmigas surplus US$9,76 miliar. Dengan demikian, dua bulan ini neraca dagang Indonesia surplus US$6,61 miliar.
(Baca: Logam dan Makanan, Komoditas Utama Ekspor Manufaktur RI 2024)