Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese mengadakan pertemuan dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (5/6/2022).
Dalam pertemuan ini pemerintah Australia-Indonesia membahas rencana penguatan kerja sama di berbagai bidang, mulai dari perdagangan, investasi bilateral, ketahanan pangan, hingga bidang iklim dan energi.
Di momen tersebut Australia menyatakan akan memberi dana hibah senilai A$200 juta untuk ketahanan iklim, serta investasi senilai miliaran dolar untuk energi terbarukan.
"Saya menyambut baik inisiatif PM Albanese terkait kemitraan infrastruktur dan ketahanan iklim Republik Indonesia-Australia dengan dana hibah awal sebesar AUD 200 juta," ujar Jokowi dalam siaran persnya, Senin (6/6/2022).
"Saya juga menyambut baik komitmen investasi Fortescue Metals Group di bidang hydropower dan geotermal senilai USD 10 miliar, dan Sun Cable di bidang energi senilai USD 1,5 miliar,” lanjut Jokowi.
Jika dirunut beberapa tahun ke belakang, Indonesia-Australia sudah memiliki hubungan bilateral cukup kuat melalui kesepakatan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang mulai berlaku tahun 2020.
Pada tahun 2020, Indonesia juga mencatat pertumbuhan tahunan ekspor barang ke Australia di tengah pandemi Covid-19. Namun, impor barang dari negara tersebut mengalami kontraksi.
Ekspor Indonesia ke Australia tumbuh 7,63% (yoy) ke US$2,51 miliar pada tahun 2020, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Di sisi lain, impor Indonesia dari Australia turun 15,75% (yoy) ke US$ 4,65 miliar pada tahun 2020. Impor dari negara ini telah berada dalam tren penurunan bahkan sejak awal 2010-an.
Kontraksi tahunan dalam impor barang dari Australia mengikuti tren penurunan impor secara keseluruhan, seiring dengan tertundanya aktivitas pabrik di tengah pandemi Covid-19.
Dengan demikian, defisit neraca perdagangan barang Indonesia dengan Australia menyusut ke $2,14 miliar, melanjutkan tren penyusutan sejak 2018.
(Baca: 5 Kelompok Barang Impor dari Australia dengan Nilai Terbesar)