Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp 1468,8 triliun pada kuartal II-2021. Nilai tersebut tumbuh 5,93% jika dibandingkan pada kuartal II-2020 (year on year/yoy).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang positif ini pertama kali terjadi dalam empat kuartal terakhir. Konsumsi rumah tangga tercatat mengalami kontraksi sejak kuartal II-2020.
Berdasarkan komponennya, konsumsi masyarakat untuk pengeluaran restoran dan hotel mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni 6,79% (yoy). Sementara yang terendah adalah pengeluaran kesehatan dan pendidikan lantaran hanya 1,2% (yoy).
Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/q-to-q), maka pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2021 naik 1,27%. Konsumsi rumah tangga untuk makanan dan minuman mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,13% (q-to-q). Sedangkan, konsumsi rumah tangga untuk kesehatan dan pendidikan mengalami kontraksi sebesar 3,57% (q-to-q).
Secara kumulatif, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 1,72% pada semester I-2021 (c-to-c). Konsumsi rumah tangga untuk restoran dan hotel mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 5,34% (c-to-c). Sementara, konsumsi rumah tangga untuk pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya masih mengalami kontraksi 0,51% (c-to-c).
Adapun, konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.299,8 triliun pada kuartal II-2021. Jumlah tersebut berkontribusi sebesar 55,07% terhadap produk domestik bruto (PDB) yang mencapai sebesar Rp 4,175,8 triliun.
Ekonomi Indonesia sendiri tumbuh 7,07% (yoy) pada April-Juni 2021. Angkanya pun tumbuh 3,31% jika dibandingkan pada Januari-Maret 2021 (q-to-q).
Sebagaimana konsumsi rumah tangga, meningkatnya ekonomi Indonesia secara tahunan merupakan yang pertama kali terjadi sejak kuartal II-2021. Dengan begitu, Indonesia berhasil keluar dari resesi.
(Baca: Masih Resesi, Ekonomi Indonesia Tumbuh Minus 0,74% pada Kuartal I-2021)