Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, besar pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Pringsewu mencapai Rp103.522 per kapita per bulan pada tahun 2024. Angka ini menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 4.3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan ini mengindikasikan bahwa pengeluaran masyarakat Pringsewu untuk rokok dan tembakau terus meningkat.
Secara historis, pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Pringsewu mengalami fluktuasi. Pada tahun 2018, pengeluaran tercatat sebesar Rp85.697, kemudian sedikit turun menjadi Rp84.908 pada tahun 2019. Namun, terjadi lonjakan signifikan sebesar 12.2 persen pada tahun 2020, mencapai Rp95.272. Pengeluaran terus meningkat hingga Rp102.115 pada tahun 2021, sebelum sedikit menurun menjadi Rp98.947 pada tahun 2022. Pada tahun 2023, pengeluaran kembali naik sedikit menjadi Rp99.261.
(Baca: Produksi Padi Periode 2013-2024)
Pengeluaran masyarakat Kabupaten Pringsewu untuk rokok dan tembakau cukup signifikan jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan lainnya. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa adalah Rp152.646. Dengan demikian, pengeluaran untuk rokok dan tembakau mencapai sekitar 67.8 persen dari total pengeluaran tersebut. Sementara itu, pengeluaran untuk makanan jadi tercatat sebesar Rp135.683 per kapita per bulan.
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Lampung, Kabupaten Pringsewu menempati urutan ke-15 dalam hal besar pengeluaran untuk rokok dan tembakau. Peringkat ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Pringsewu relatif lebih rendah dibandingkan daerah lain seperti Kabupaten Pesisir Barat yang menduduki peringkat pertama. Secara nasional, Kabupaten Pringsewu berada di urutan ke-409.
Kabupaten Pesisir Barat mencatatkan nilai pengeluaran untuk rokok dan tembakau tahun 2024 tertinggi, yaitu Rp172.692, dengan pertumbuhan 32.9 persen. Kabupaten Lampung Barat berada di urutan kedua dengan pengeluaran Rp140.886 dan pertumbuhan 25.7 persen. Kabupaten Tulang Bawang Barat mencatatkan pengeluaran Rp139.903 namun mengalami penurunan pertumbuhan turun 2.7 persen. Kabupaten Lampung Selatan mencatatkan pengeluaran Rp138.382 dengan pertumbuhan 3.2 persen. Kabupaten Mesuji mencatatkan pengeluaran Rp132.755 dengan pertumbuhan 1.6 persen. Secara keseluruhan, Kabupaten Pringsewu berada di urutan terakhir dari daftar ini.
Anomali terjadi pada tahun 2022 ketika pengeluaran sedikit menurun setelah mengalami kenaikan signifikan selama dua tahun berturut-turut. Namun, data tahun 2023 dan 2024 menunjukkan bahwa tren kenaikan kembali berlanjut. Pengeluaran tertinggi dalam periode 2018-2024 terjadi pada tahun 2024.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Sabun Mandi di Kota Depok 2018 - 2024)
Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung menunjukkan dinamika menarik dalam pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan, dengan pertumbuhan yang cukup stabil sebesar 3.5 persen, meningkat dari Rp773.449,1 menjadi Rp800.857. Namun, hal berbeda terjadi pada pengeluaran bukan makanan yang mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 6.3 persen, naik dari Rp917.714,18 menjadi Rp975.428. Sementara itu, total pengeluaran makanan dan bukan makanan justru mengalami penurunan tajam turun 22.3 persen, dari Rp2.285.987 menjadi Rp1.776.286. Dengan demikian, Kota Bandar Lampung menduduki peringkat pertama se-Provinsi Lampung dalam hal rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan.
Kota Metro
Kota Metro mencatatkan pertumbuhan yang relatif stabil di berbagai sektor pengeluaran. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan mengalami peningkatan sebesar 15.2 persen, naik dari Rp681.165,5 menjadi Rp784.835. Pengeluaran bukan makanan juga mengalami sedikit pertumbuhan sebesar 0.8 persen, dari Rp845.220,27 menjadi Rp852.148. Total pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan mengalami kenaikan tipis sebesar 1.8 persen, dari Rp1.607.548 menjadi Rp1.636.983. Kota Metro menduduki peringkat kedua se-Provinsi Lampung dalam hal total pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan.
Kabupaten Pesisir Barat
Kabupaten Pesisir Barat menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan dalam pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan. Pengeluaran untuk makanan melonjak sebesar 51.2 persen, naik dari Rp543.876,07 menjadi Rp822.116. Pengeluaran bukan makanan juga mengalami pertumbuhan yang besar yaitu sebesar 46.2 persen, dari Rp420.400,16 menjadi Rp614.720. Total pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan juga mengalami peningkatan sebesar 12.8 persen, dari Rp1.273.883 menjadi Rp1.436.836. Kabupaten Pesisir Barat menduduki peringkat ketiga se-Provinsi Lampung dalam hal total pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan.
Kabupaten Mesuji
Kabupaten Mesuji menunjukkan pola yang berbeda dalam pengeluaran per kapita sebulan. Pengeluaran untuk makanan mengalami kenaikan sebesar 10.8 persen, dari Rp569.850,3 menjadi Rp631.430. Sebaliknya, pengeluaran bukan makanan meningkat sebesar 6.5 persen, dari Rp517.956,11 menjadi Rp551.555. Namun, total pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan justru mengalami penurunan turun 5.4 persen, dari Rp1.250.826 menjadi Rp1.182.985. Kabupaten Mesuji menduduki peringkat keenam se-Provinsi Lampung dalam hal total pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan.