Jika dilihat berdasarkan laba dan rugi, kinerja keuangan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) terus menurun dalam lima tahun terakhir.
Pada 2019 BUMN ini masih mampu membukukan laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp2,29 triliun.
Namun, sejak 2020 labanya menyusut drastis, bahkan berbalik menjadi rugi sejak 2022.
Kerugiannya bahkan membengkak hingga mencapai Rp7,13 triliun pada 2023, hampir 120 kali lipat dibanding kerugian tahun 2022.
Menurut Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito, kerugian mereka pada 2023 melonjak salah satunya karena proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Kereta Cepat Whoosh.
Agung menyatakan, pada 2023 mereka harus menerbitkan obligasi untuk memenuhi penyertaan modal proyek tersebut.
"Selain itu, kami memiliki utang yang belum dibayar senilai Rp5,5 triliun. Jadi, untuk mendapatkan uang hampir Rp 12 triliun ini harus menerbitkan obligasi senilai Rp 11 triliun," kata Agung, dilansir Katadata, Selasa (9/7/2024).
Agung juga menyatakan, kerugian WIKA pada 2023 membengkak karena dipengaruhi beban bunga dan beban lain-lain yang tinggi.
(Baca: Utang Kereta Cepat Whoosh Membengkak, Berapa Nilainya?)