Obligasi hijau (green bond) adalah instrumen investasi berupa surat utang yang diterbitkan korporasi atau badan pemerintahan untuk membiayai kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Menurut data Climate Bonds Initiative (CBI) yang dihimpun Mandiri Institute dalam ESG Report 2022, tren penerbitan obligasi hijau ini terus menguat dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2014, nilai penerbitan obligasi hijau di seluruh dunia baru sekitar US$37 miliar. Kemudian di tahun-tahun berikutnya terus terjadi peningkatan hingga nilainya mencapai US$509 miliar pada 2021.
(Baca: Indonesia Sudah Himpun Dana Rp62 Triliun dari Surat Utang Hijau)
Namun, menurut laporan terbaru CBI, sepanjang semester I 2022 nilai penerbitan obligasi hijau global baru mencapai US$236 miliar, turun 1% dibanding semester II tahun lalu. CBI menilai pertumbuhan tren obligasi hijau tahun ini terhambat akibat perang Rusia-Ukraina.
"Invasi Rusia ke Ukraina dan krisis energi Eropa, yang memperburuk inflasi pasca pandemi Covid-19, berdampak pada dinamika pasar obligasi. Kenaikan suku bunga dan volatilitas tinggi mengakibatkan turunnya penerbitan obligasi," kata CBI dalam laporan Green Bond Pricing in the Primary Market H1 2022.
"Dampak ketegangan geopolitik dan makroekonomi diperkirakan terus terjadi sepanjang semester II 2022, dan mungkin membuat penggalangan modal menjadi lebih sulit," lanjutnya.
(Baca: Ini Daftar Proyek Infrastruktur Energi Hijau di Indonesia)