Perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencetak laba bersih Rp4,62 triliun pada 2022.
Capaian itu anjlok sekitar 81% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), sekaligus menjadi level terendah dalam empat tahun terakhir seperti terlihat pada grafik.
Anjloknya laba SRTG pada 2022 terutama dipengaruhi oleh keuntungan investasi yang menurun.
Pada 2021 SRTG meraih keuntungan neto dari investasi saham dan efek ekuitas lain hingga Rp24,4 triliun. Namun pada 2022 nilainya turun menjadi Rp3,72 triliun.
Di sisi lain, penghasilan SRTG dari dividen, bunga, dan investasi lainnya tercatat naik sekitar 57% (yoy) menjadi Rp2,6 triliun.
Total aset bersih atau net asset value (NAV) mereka pada 2022 juga naik sekitar 8% (yoy) menjadi Rp60,9 triliun.
"Pertumbuhan NAV yang tetap positif di tengah berbagai tekanan faktor ekonomi sepanjang tahun lalu membuktikan soliditas dari strategi investasi dan kuatnya fundamental bisnis portofolio investasi Saratoga," kata manajemen SRTG dalam siaran persnya (13/3/2023).
Kendati labanya merosot, tahun ini SRTG berhasil masuk sebagai pendatang baru dalam indeks LQ45 periode Februari-Juli 2023.
LQ45 adalah indeks berisi 45 emiten yang dipilih Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan kriteria tertentu, seperti memiliki kapitalisasi pasar terbesar serta likuiditas tertinggi.
Adapun SRTG berinvestasi pada beragam perusahaan, mulai dari sektor pertambangan batu bara, perdagangan, infrastruktur, produk konsumen, sampai teknologi digital dan energi terbarukan.
Beberapa emiten yang masuk portofolio investasi SRTG sampai akhir 2022 adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), PT Samator Indo Gas Tbk (AGII), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
(Baca: Ini Saham Tambang LQ45 Paling Kuat Tahun 2022)