Pemerintah Arab Saudi mengklaim bahwa valuasi perusahaan minyak Saudi Aramco mencapai US$ 2 triliun atau setara Rp 26.600 triliun. Angka ini hampir tiga kali lipat dari valuasi Apple Inc sebesar US$ 719 miliar atau setara Rp 9.562 triliun. Perusahaan minyak milik Pemerintah Arab Saudi ini juga lebih mahal hampir empat kali lipat dari valuasi Google Inc sebesar US$ 581 miliar atau sekitar Rp 7.727 triliun.
Menurut Wood Mackenzie, valuasi Saudi Aramco tersebut terlalu tinggi dan diperkirakan hanya sekitar US$ 400 miliar atau di bawah Amazon.com. Ini merupakan harga diskon karena valuasi bisnis upstream Aramco sangat sensitif terhadap pajak. Selain itu, harga minyak yang masih berada di level US$ 53 per barel serta mulai munculnya kendaraan tanpa bahan bakar minyak menurunkan prospek perusahaan minyak.
Salah satu tujuan lawatan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz ke beberapa negara Asia, termasuk Indonesia adalah mencari investor potensial dalam rangka rencana penawaran perdana (IPO) Saudi Aramco. Perusahaan minyak Arab Saudi ini akan menawarkan 5 persen sahamnya kepada publik dengan estimasi memperoleh pendanaan sebesar US$ 100 miliar atau setara Rp 1.330 triliun. Jika terjadi, jumlah ini bakal mengalahkan perolehan dana dari perusahaan teknologi Tiongkok, Alibaba.com yang pada 2015 mampu meraup dana US$ 25 miliar dari investor.