Terdepresiasinya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama dunia dimanfaatkan oleh sebagian besar mata uang Asia untuk menguat sepanjang tahun ini. Ekonomi yang masih tumbuh serta menjadi motor penggerak perekonomian dunia membuat dana asing kembali mengalir ke kawasan Asia.
Demikian pula dengan rupiah juga berhasil menguat terhadap dolar AS. Di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) nilai tukar rupiah menguat 130 poin ke posisi Rp 13.154 dari penutupan sebelumnya Rp 13.284 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada, Senin (11/9) hingga pukul 12: 05 WIB ditransaksikan di level 13.162 per dolar AS, yang berarti menguat 23 poin (0,18 persen) dari posisi akhir pekan lalu. Alhasil, mata uang rupiah menguat 2,36 persen sepanjang tahun ini (ytd). . Namun, apresiasi nilai tukar rupiah tertinggal dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya seperti bath Thailand, dolar Singapura, maupun yen Jepang, tapi lebih baik dari peso Filipina dan dolar Hong Kong yang justru mengalami depresiasi.
Kekhawatiran terhadap seretnya penerimaan pajak yang dapat mempengaruhi belanja negara dan berdampak terhadap perlambatan ekonomi domestik membuat rupiah masih tertahan di atas level Rp 13.300 per dolar AS. Selain itu, otoritas moneter yang tidak mau rupiah menguat terlalu cepat juga menjadi penyebab penguatannya agak tertahan. Masuknya Indonesia ke level layak investasi (investement grade) serta fundamental yang masih cukup solid seperti terjaganya laju inflasi serta pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen membuka ruang bagi rupiah untuk melanjutkan penguatan.