Keuntungan bersih PT Pertamina (Persero) tembus Rp56,60 triliun pada 2022. Ini menjadi laba terbesar yang diraup sepanjang sejarah.
Laba itu tak lepas dari sokongan pendapatan yang diterima perusahaan BUMN tersebut. Dilansir Katadata, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyebut, pendapatan Pertamina secara keseluruhan mencapai US$84,89 miliar atau lebih dari Rp1,2 kuadriliun.
Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi atau EBITDA sebesar US$13,59 miliar atau setara Rp202,14 triliun. Adapun EBITDA Perseroan mengalami kenaikan sebesar 47% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Berdasarkan laporan keuangannya, komponen penerimaan dari penjualan minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produk minyak dalam negeri atau domestik menjadi penyumbang terbesar, yakni US$51,85 miliar atau setara Rp772,14 triliun (asumsi kurs Rp14.889 per US$).
Angka itu melejit dibandingkan penerimaan 2021 yang sebesar US$39,30 atau Rp585,16 triliun.
Komponen penerimaan terbesar kedua adalah ekspor minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak hampir sebesar US$9,30 miliar atau Rp138,45 triliun.
Ketiga, ada penerimaan dari penggantian biaya subsidi oleh pemerintah sebesar US$6,30 miliar atau Rp93,75 triliun.
Sementara imbalan jasa pemasaran menjadi penyokong pendapatan terbesar keempat dengan nilai US$107,07 juta atau hampir Rp1,60 triliun.
Pertamina mengklaim, kinerja keuangan juga sebanding lurus dengan kinerja keberlanjutan. Pertamina meraih posisi nomor 2 secara global dalam sub-industri Integrated Oil & Gas oleh Sustainalytics dengan skor ESG sebesar 22,1 poin di Oktober 2022, yang mengalami peningkatan dari sebelumnya dengan skor 28,1 poin.
Dengan kinerja yang kinclong tahun lalu, Pertamina juga kembali mengukuhkan posisinya sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam Fortune Global 500 dan menempati peringkat 223, naik dari sebelumnya peringkat 287.
Berikut komponen penjualan dan pendapatan Pertamina sepanjang 2022:
- Penjualan dalam negeri minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produk minyak US$51.857.368.000 (Rp772,14 triliun)
- Penjualan ekspor minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak US$9.298.430.000 (Rp138,45 triliun)
- Penggantian biaya subsidi dari pemerintah US$6.296.622.000 (Rp93,75 triliun)
- Imbalan jasa pemasaran US$107.078.000 (RpRp1,60 triliun)
- Pendapatan usaha dari aktivitas operasi lainnya US$17.300.744.000 (Rp257,60 triliun)
- Jumlah pendapatan dari kontrak dengan pelanggan US$84.860.242.000 (Rp1.263,55 triliun)
- Pendapatan sewa US$28.013.000 (Rp417,10 miliar)
- Jumlah penjualan dan pendapatan usaha lainnya US$84.888.255.000 (Rp1.263,97 triliun)
(Baca juga: Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Laba Pertamina 2022 Tembus Rp56,6 Triliun)