Sebagian besar masyarakat Indonesia tampaknya sering mengakses konten terkait "cek fakta" untuk memeriksa kebenaran informasi yang beredar.
Hal ini tecermin dari hasil survei Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bersama tim peneliti Universitas Multimedia Nusantara (UMN).
Survei menemukan sebanyak 41,1% responden mengaku sering mengakses konten cek fakta. Sedangkan yang sangat sering proporsinya 9,72%.
Kemudian responden yang jarang mengakses konten cek fakta ada 9,02%, kadang-kadang 39,5%, dan hampir tidak pernah 0,62%.
Menurut koordinator peneliti dan dosen jurnalistik UMN F. X. Lilik Dwi Mardjianto, motivasi seseorang mengakses konten cek fakta dipengaruhi profesi dan ketersediaan waktu luangnya.
"Sebagian besar (mengakses konten cek fakta) karena pekerjaan. Tapi, sangat mungkin diperluas untuk digunakan dalam instrumen sehari-hari yang dilakukan audiens,” ujar Lilik dalam konferensi pers virtual, Selasa (26/7/2022).
Survei juga menemukan bahwa media sosial menjadi salah satu platform yang banyak digunakan masyarakat untuk mengakses konten cek fakta, di samping portal berita online dan mesin pencarian internet (search engines).
Survei ini dilakukan terhadap 1.876 responden yang mewakili audiens berita di pulau Jawa dan luar Jawa pada Maret-April 2022. Setelah melalui proses pembersihan data, diperoleh 1.596 data yang valid.
Selain jajak pendapat, survei ini juga dilakukan dengan metode focus group discussion (FGD) yang melibatkan 26 partisipan. Sesi FGD dilakukan selama Mei-Juni 2022 dengan mempertimbangkan variasi audiens.
(Baca: Tingkat Keyakinan Masyarakat dalam Mengidentifikasi Hoaks)