Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta melaporkan, terdapat 441 kasus pneumonia di wilayahnya sepanjang Januari-Oktober 2023.
Adapun menurut Lana Unwanah, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Yogyakarta, kasus tersebut bukan termasuk kategori pneumonia mycoplasma.
"Penyebabnya virus, bakteri, jamur juga bisa," kata Lana dalam keterangan persnya, dilansir dari Kompas.com, Jumat (8/12/2023).
Dari 441 kasus tersebut, jumlah pasien pneumonia yang dirawat di RSUD Yogyakarta sampai November 2023 tinggal 156 kasus.
Jika dilihat trennya, kasus pneumonia di Yogyakarta cenderung fluktuatif dan mencapai level tertingginya pada Oktober 2023 yakni 64 kasus, sedangkan kasus terendah pada Juni 2023 yaitu 27 kasus.
Lana menjelaskan, Pemerintah Kota Yogyakarta telah menerapkan sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR) untuk melaporkan penyakit-penyakit yang berpotensi mewabah. Laporannya diperbarui secara mingguan oleh seluruh puskesmas dan rumah sakit se-Yogyakarta.
"Pemantauan selama minggu ke-47 atau 48 sampai minggu lalu tidak ditemukan peningkatan kasus pneumonia secara signifikan. Artinya relatif masih terkendali untuk di Kota Yogyakarta,” kata Lana.
Guna mencegah kasus pneumonia pada anak, Lana mengimbau masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi anak di puskesmas.
“Yang penting pada anak-anak bayi mendapatkan imunisasi. Salah satunya imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) itu untuk mencegah pneumonia pada bayi," ujarnya.
(Baca juga: Pneumonia Jadi Penyebab Terbesar Kematian Balita di Dunia 2021)