Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB ADHB sektor peternakan Provinsi Maluku pada tahun 2024 sebesar Rp 350,13 miliar. Angka ini menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 7,89% dibandingkan tahun 2023. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan 3 tahun terakhir (2021-2023) yang mencapai 8,02%. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan 5 tahun terakhir (2019-2023) sebesar 6,47%, pertumbuhan sektor peternakan Maluku di tahun 2024 lebih baik.
Kenaikan tertinggi dalam 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2019 sebesar 8,58%, sedangkan kenaikan terendah terjadi pada tahun 2020 dengan 1,98%. Ranking PDRB sektor peternakan Maluku secara nasional berada di peringkat 36 pada tahun 2024, sama dengan tahun 2023.
(Baca: Jumlah Sekolah SMA di Papua Barat 2018 - 2024)
Di Pulau Maluku, PDRB sektor peternakan Maluku menempati peringkat ke-2, tidak berubah dari tahun-tahun sebelumnya. Nilai PDRB Maluku lebih rendah dibandingkan Maluku Utara yang mencatatkan nilai Rp 526,74 miliar.
Kenaikan tertinggi PDRB sektor peternakan Maluku dalam data historis terjadi pada tahun 2011 sebesar 20,19%. Sementara kenaikan terendah terjadi pada tahun 2020 sebesar 1,98%. Pada tahun 2020, pertumbuhan PDRB sektor peternakan melambat drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun, setelah itu kembali mengalami peningkatan.
Secara keseluruhan, PDRB sektor peternakan Maluku menunjukkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun pertumbuhan pada tahun 2024 sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata 3 tahun sebelumnya, namun masih lebih baik dibandingkan rata-rata 5 tahun terakhir.
Maluku Utara
Maluku Utara menduduki peringkat pertama di Pulau Maluku dengan nilai PDRB sektor peternakan mencapai Rp 526,74 miliar. Pertumbuhan ekonominya sebesar 6,95%, menunjukkan peningkatan yang stabil. Meskipun berada di posisi teratas di pulau tersebut, peringkatnya secara nasional adalah 33, mengindikasikan potensi pertumbuhan lebih lanjut dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
(Baca: Nilai Ekspor Migas Periode 2015-2023)
Papua Barat
Provinsi Papua Barat memiliki PDRB sektor peternakan sebesar Rp 470,49 miliar, menempatkannya pada urutan keempat di Pulau Papua. Dengan pertumbuhan sebesar 2,78%, Papua Barat menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan Maluku Utara. Peringkatnya secara nasional adalah 34, menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk perbaikan dalam mengembangkan sektor peternakan di wilayah ini.
Papua Tengah
Papua Tengah mencatatkan PDRB sektor peternakan sebesar Rp 458,59 miliar dan berada di posisi kelima di Pulau Papua. Pertumbuhan sektor ini mencapai 8,91%, tertinggi dibandingkan provinsi lain dalam data perbandingan ini. Meski demikian, secara nasional, Papua Tengah berada di peringkat 35, menunjukkan perlunya upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kontribusi sektor peternakan terhadap perekonomian.
Papua Barat Daya
Dengan nilai PDRB sektor peternakan sebesar Rp 315,83 miliar, Papua Barat Daya berada di urutan keenam di Pulau Papua. Pertumbuhan ekonominya adalah 3,04%, menunjukkan potensi pertumbuhan yang moderat. Namun, dengan peringkat nasional 37, Papua Barat Daya perlu meningkatkan investasi dan inovasi dalam sektor peternakan untuk meningkatkan daya saingnya.
DKI Jakarta
DKI Jakarta mencatatkan nilai PDRB sektor peternakan sebesar Rp 122,74 miliar, menjadi yang terendah dibandingkan provinsi lain dalam data. Pertumbuhan sektor ini mengalami kontraksi turun 1,06%. Dengan peringkat nasional 38, DKI Jakarta menghadapi tantangan signifikan dalam mengembangkan sektor peternakan karena keterbatasan lahan dan fokus pada sektor ekonomi lainnya.