Makanan menjadi lebih mahal, dan terkadang langka, di seluruh dunia. Di mana-mana orang harus beradaptasi dengan keadaan baru, dan terkadang ini berarti mengubah apa yang mereka makan.
Bank Dunia mencatat, Zimbabwe menjadi negara dengan nominal inflasi makanan paling tinggi, yaitu 353%. Diikuti oleh Lebanon dengan nominal inflasi makanan sebesar 240% dan Venezuela 131%.
Begitupun dengan inflasi harga pangan domestik tiap negara tetap tinggi di seluruh dunia, baik di negara berpenghasilan rendah, menengah, ataupun negara berpenghasilan tinggi. Bank Dunia memproyekikan kelaparan terjadi antara Oktober dan Desember 2022 di tiga wilayah wilayah Teluk Somalia.
Bahkan India, pengekspor beras terbesar di dunia, baru-baru ini memberlakukan pembatasan perdagangan pada jenis beras tertentu. Di Indonesia sendiri, Inflasi subkelompok pengeluaran makanan menjadi yang terbesar, yakni mencapai 5,85% (ytd) dan sebesar 8,25% (yoy).
Menurut Forbes, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan inflasi makanan global, yaitu gangguan pandemi Covid-19, perang antara Rusia-Ukraina, dan kenaikan harga energi terutama minyak mentah dunia.
(baca: Pangan dan Transportasi Pimpin Laju Inflasi Tahunan Agustus 2022)