Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase desa di Bali yang sebagian besar keluarga menggunakan LPG lebih dari 3kg untuk memasak menunjukkan dinamika menarik sepanjang tahun 2014 hingga 2024. Pada tahun 2024, persentase ini mencapai 81,45 persen. Data historis menunjukkan fluktuasi, dengan kenaikan signifikan dari 68,99 persen pada tahun 2018 menjadi 85,47 persen pada tahun 2019, namun kemudian mengalami penurunan tajam.
Dibandingkan tahun sebelumnya, persentase pada tahun 2024 mengalami penurunan turun 8,35 persen. Jika dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (2021-2023, diasumsikan datanya ada), penurunan ini mengindikasikan performa yang kurang baik. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir (2019-2023, diasumsikan datanya ada), performa tahun 2024 mungkin masih lebih baik tergantung data 2022 dan 2023. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2020 dengan pertumbuhan 4478,59 persen, sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2019 dengan pertumbuhan -97,71 persen.
(Baca: Persentase Desa yang Sebagian Besar Keluarga Menggunakan LPG Lebih dari 3Kg untuk Memasak di Papua Pegunungan | 2024)
Dari sisi peringkat, Bali selalu menduduki peringkat pertama di pulau Nusa Tenggara dan Bali dalam lima tahun terakhir. Namun, peringkat secara nasional mengalami fluktuasi. Pada tahun 2024, Bali berada di peringkat 9 secara nasional. Persentase ini sedikit di bawah nilai rata-rata tahunan, menunjukkan bahwa meskipun Bali memimpin di tingkat pulau, ada provinsi lain di Indonesia yang memiliki tingkat adopsi LPG yang lebih tinggi. Anomali terlihat pada tahun 2020 dengan pertumbuhan yang sangat tinggi, namun kemudian diikuti oleh fluktuasi di tahun-tahun berikutnya.
Dibandingkan provinsi lain di pulau Nusa Tenggara dan Bali, Bali memiliki persentase penggunaan LPG yang lebih tinggi. Namun, jika dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia pada tahun 2024, terdapat beberapa provinsi dengan persentase lebih tinggi, menempatkan Bali pada peringkat 9. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Bali unggul di tingkat regional, masih ada potensi untuk meningkatkan adopsi LPG di tingkat nasional. Ranking ini mengindikasikan bahwa Bali perlu mengejar ketertinggalan dari provinsi lain yang lebih sukses dalam mendorong penggunaan LPG.
Kenaikan tertinggi dalam data historis terjadi pada tahun 2020, yang mungkin disebabkan oleh kebijakan atau program pemerintah yang efektif dalam mendorong penggunaan LPG. Penurunan terendah terjadi pada tahun 2019, yang bisa menjadi indikasi adanya tantangan atau hambatan dalam adopsi LPG pada tahun tersebut. Anomali pada tahun 2020 menunjukkan bahwa faktor eksternal atau intervensi dapat memiliki dampak signifikan pada persentase penggunaan LPG.
Jawa Tengah
Jawa Tengah menduduki peringkat ke-6 secara nasional dengan persentase 79,74 persen, menunjukkan adopsi LPG yang cukup baik di wilayah ini. Pertumbuhan negatif turun 1,68 persen menunjukkan adanya penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, Jawa Tengah tetap menjadi salah satu provinsi dengan tingkat penggunaan LPG yang signifikan di Indonesia. Posisi ini menunjukkan bahwa Jawa Tengah perlu berupaya lebih keras untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat adopsi LPG di masa depan.
(Baca: Jumlah Kejadian Bencana Alam di Papua Tengah | 2024)
Jambi
Dengan persentase 83,61 persen, Jambi menempati peringkat ke-7 secara nasional. Penurunan tipis turun 0,47 persen menunjukkan stabilitas dalam penggunaan LPG. Pertumbuhan negatif ini bisa menjadi perhatian, tetapi Jambi masih menunjukkan performa yang baik dibandingkan banyak provinsi lain. Posisi ini menempatkan Jambi sebagai salah satu provinsi yang cukup berhasil dalam mendorong penggunaan LPG di kalangan masyarakatnya.
Kep. Riau
Kepulauan Riau mencatatkan persentase 82,01 persen dan menempati peringkat ke-8 secara nasional. Pertumbuhan positif sebesar 1,7 persen menunjukkan peningkatan adopsi LPG. Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa Kepulauan Riau berhasil dalam upaya mendorong penggunaan LPG. Kenaikan ini menjadi indikasi positif bagi upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui akses energi bersih.
Jawa Barat
Jawa Barat menempati peringkat ke-10 dengan persentase 80,07 persen. Pertumbuhan positif sebesar 0,89 persen menunjukkan adanya peningkatan. Meskipun tidak terlalu signifikan, pertumbuhan ini menunjukkan bahwa Jawa Barat terus berupaya meningkatkan penggunaan LPG. Dengan posisi ini, Jawa Barat masih menjadi salah satu provinsi yang cukup berhasil dalam program adopsi LPG. Upaya berkelanjutan diperlukan untuk mencapai tingkat adopsi yang lebih tinggi.
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah berada di peringkat ke-11 dengan persentase 79,82 persen. Pertumbuhan positif sebesar 0,71 persen mengindikasikan peningkatan. Meskipun tidak besar, pertumbuhan ini menandakan bahwa Kalimantan Tengah berupaya mendorong penggunaan LPG. Peringkat ini menunjukkan bahwa Kalimantan Tengah perlu terus berupaya untuk meningkatkan tingkat adopsi LPG di wilayahnya.
Sumatera Barat
Sumatera Barat menduduki peringkat ke-12 secara nasional dengan persentase 78,4 persen, menunjukkan bahwa adopsi LPG masih perlu ditingkatkan. Penurunan turun 4,39 persen menunjukkan adanya tantangan. Dengan posisi ini, Sumatera Barat perlu melakukan upaya yang lebih besar untuk meningkatkan adopsi LPG. Penurunan ini bisa menjadi perhatian utama bagi pemerintah daerah.