Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase desa di Papua Pegunungan yang sebagian besar keluarga menggunakan LPG lebih dari 3kg untuk memasak adalah 0,27 persen pada tahun 2024. Data ini menunjukkan kondisi terkini, namun tidak dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena tidak ada data historis yang tersedia. Dengan demikian, tidak dapat dianalisis apakah terjadi pertumbuhan positif atau negatif pada penggunaan LPG 3kg di Papua Pegunungan. Ranking Papua Pegunungan untuk indikator ini berada di posisi ke-6 di antara provinsi-provinsi di Pulau Papua, dan peringkat ke-38 secara nasional.
Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Papua, Papua Pegunungan menempati urutan terbawah dalam penggunaan LPG 3kg. Belum ada data historis untuk 3 atau 5 tahun terakhir, sehingga tidak dapat diketahui apakah ada tren kenaikan atau penurunan yang signifikan. Kondisi ini menunjukkan perlunya kajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan LPG 3kg di Papua Pegunungan, seperti ketersediaan pasokan, harga, atau preferensi masyarakat terhadap sumber energi lain. Data menunjukkan tidak ada anomali karena memang ini data pertama yang tersedia.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di DI Yogyakarta Periode 2018-2023)
Meskipun data historis terbatas, ranking Papua Pegunungan (ke-6 di Pulau Papua dan ke-38 secara nasional) memberikan gambaran awal mengenai posisi provinsi ini dibandingkan dengan daerah lain. Untuk memahami dinamika penggunaan LPG 3kg secara lebih komprehensif, diperlukan pengumpulan data secara berkala dan analisis mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data di atas adalah data tahun terakhir yang tersedia.
Berdasarkan data perbandingan dengan provinsi lain di Pulau Papua, terlihat perbedaan signifikan dalam persentase penggunaan LPG 3kg. Untuk Papua Barat, persentasenya adalah 9,38 persen, menempati peringkat ke-3 di Pulau Papua dan ke-35 secara nasional. Kemudian, Papua Barat Daya memiliki persentase 7,67 persen, berada di peringkat ke-4 di Pulau Papua dan ke-36 secara nasional. Sementara itu, Papua Tengah mencatatkan persentase 5,88 persen, menempati peringkat ke-5 di Pulau Papua dan ke-37 secara nasional.
Perbandingan ini menyoroti bahwa Papua Pegunungan memiliki tingkat penggunaan LPG 3kg yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi tetangganya. Hal ini mengindikasikan adanya tantangan khusus yang perlu diatasi untuk meningkatkan akses dan penggunaan LPG 3kg di wilayah tersebut. Upaya-upaya seperti peningkatan infrastruktur, subsidi harga, dan program edukasi dapat dipertimbangkan untuk mendorong adopsi LPG 3kg sebagai sumber energi memasak yang lebih bersih dan efisien.
Papua Barat
Papua Barat menduduki peringkat ke-3 di Pulau Papua dengan persentase penggunaan LPG 3kg sebesar 9,38 persen. Terjadi pertumbuhan signifikan sebesar 55,26 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup pesat dalam adopsi LPG 3kg di kalangan keluarga di Papua Barat. Dibandingkan dengan rata-rata provinsi lain di pulau tersebut, Papua Barat memiliki tingkat penggunaan LPG 3kg yang relatif tinggi.
(Baca: Angka Partisipasi Kasar Periode 2013-2024)
Papua Barat Daya
Dengan persentase 7,67 persen, Papua Barat Daya menempati peringkat ke-4 di Pulau Papua. Meskipun tidak ada data historis untuk dibandingkan, posisi ini menunjukkan bahwa Papua Barat Daya memiliki tingkat penggunaan LPG 3kg yang moderat dibandingkan dengan provinsi lain di pulau tersebut. Upaya-upaya berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan akses dan penggunaan LPG 3kg di Papua Barat Daya, terutama di daerah-daerah terpencil.
Papua Tengah
Papua Tengah mencatatkan persentase penggunaan LPG 3kg sebesar 5,88 persen, menempatkannya di peringkat ke-5 di Pulau Papua. Seperti halnya Papua Barat Daya, tidak ada data historis untuk membandingkan kinerja Papua Tengah dari waktu ke waktu. Dengan demikian, diperlukan upaya yang lebih intensif untuk mendorong adopsi LPG 3kg di kalangan keluarga di Papua Tengah, dengan mempertimbangkan faktor-faktor lokal yang mempengaruhi preferensi dan akses terhadap sumber energi memasak.