Temuan Institute For Health Metrics and Evaluation (IHME) yang diolah World Health Organization (WHO) mengungkapkan, terdapat sejumlah penyebab dari anemia, kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah dan tidak berfungsi dengan baik.
Di negara berpendapatan menengah-atas (upper middle income) seperti Indonesia, penyebab terjamak berasal dari kurangnya zat besi dalam makanan, dengan proporsi 59% dari total kasus yang terjadi di kelompok pendapatan ini.
Penyebab selanjutnya adalah hemoglobinopati dan anemia hemolitik sebanyak 17%. Menurut berbagai sumber, hemoglobinopati adalah kelainan genetik yang mempengaruhi struktur atau produksi hemoglobin dalam sel darah merah, sedangkan anemia hemolitik adalah kondisi sel darah merah hancur lebih cepat dari waktu yang seharusnya.
Lalu ada penyakit ginjal kronis yang menyebabkan 7% kasus anemia. Disusul gangguan endokrin, metabolisme, darah, dan kekebalan tubuh sebesar 4%. Adapun penyebab lainnya terhimpun sebanyak 13%.
WHO mencatat, ada 1,92 miliar orang di seluruh dunia yang terkena anemia, dengan prevalensi tertinggi di negara kurang berkembang.
Pada 2019, anemia diperkirakan mempengaruhi 40% anak di bawah usia 5 tahun dan 30% wanita usia subur. Sementara pada populasi berusia di atas 70 tahun, 25% diperkirakan mengalami anemia.
Prevalensi anemia pra-operasi dari semua penyebab bervariasi menurut jenis pembedahan, tetapi WHO memperkirakan mencapai 30%.
"Anemia kurang terdiagnosis meskipun prevalensinya tinggi di seluruh dunia," tulis WHO dalam laporan yang dipublikasikan pada Rabu (23/4/2025).
WHO menilai kondisi anemia berdampak negatif pada status fungsional, kualitas hidup dan produktivitas, dan merupakan kontributor utama secara global terhadap kecacatan yang memakan waktu lama.
"Peningkatan diagnosis dan pengobatan akan meningkatkan kesehatan populasi," tulis WHO.
Berikut rincian penyebab WHO di negara pendapatan menengah atas/upper middle income:
- Kekurangan zat besi dalam makanan: 59%
- Hemoglobinopati dan anemia hemolitik: 17%
- Penyakit ginjal kronis: 7%
- Gangguan endokrin, metabolisme, darah, dan kekebalan tubuh: 4%
- Lainnya: 13%.
(Baca juga: 10 Negara dengan Kematian Akibat Kolera Tertinggi 2024)