Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) melaporkan, ada 3.549 dokter spesialis anastesi di Indonesia pada data terakhir yang dipublikasikan di lamannya, Kamis (15/8/2024).
Dari jumlah tersebut, DKI Jakarta menjadi provinsi penyumbang terbanyak, yakni 655 dokter. Kedua, Jawa Barat, sebanyak 471 dokter.
Ketiga, Jawa Timur, sebanyak 452 dokter. Urutan keempat ada Jawa Timur sebanyak 405 dokter, kelima ada Sumatera Utara sebanyak 201 dokter.
Dokter anastesi di lima provinsi itu sangat timpang bila dibandingkan dengan Sulawesi Barat yang hanya 4 dokter, Maluku Utara 6 dokter, dan Kalimantan Utara 7 dokter.
Bahkan di kawasan Papua dan pemekarannya, yakni Papua Barat, Papua Selatan, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya, belum ada satu pun dokter anastesi.
Melansir laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), rasio dokter dibanding penduduk Indonesia sangat rendah, yakni 0,47 per 1.000 penduduk. Rasio tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat ke-147 di dunia.
Kemenkes menyebut, saat ini jumlah dokter umum di Indonesia hanya sebanyak 156.310 dokter. "Dengan target 1 dokter umum per 1.000 penduduk, Indonesia masih kekurangan 124.294 dokter umum," tulis Kemenkes dalam lamannya, 6 Mei 2024.
Sementara secara rerata terdapat sekitar 12.000 lulusan setiap tahun dari 117 fakultas kedokteran (FK) di Indonesia.
Adapun jumlah dokter spesialis di Indonesia mencapai 49.670 orang. Menurut Bappenas, rasio ideal dokter spesialis, yakni 0,28 per 1.000 penduduk.
Dengan demikian, kata Kemenkes, Indonesia masih kekurangan 29.179 dokter spesialis. Kemenkes menghitung, ada sekitar 2.700 lulusan setiap tahun dari 24 fakultas kedokteran penyelenggara pendidikan dokter spesialis saat ini.
"Selain itu, distribusi dokter spesialis juga tidak merata. Sekitar 59% dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa," tulis Kemenkes. Hal inilah yang menjadi latar dibangunnya program pendidikan dokter spesialis (PPDS) berbasis rumah sakit pendidikan.
(Baca juga: Alami Gejala Depresi, 3,3% Calon Dokter Spesialis Ingin Lukai hingga Bunuh Diri)
Kasus PPDS anastesi meninggal diduga bunuh diri
Santer diberitakan meninggalnya mahasiswi PPDS anastesi FK Universitas Diponegoro yang diduga bunuh diri di indekosnya di Jalan Lempongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Kematian korban berinisial AR yang jasadnya ditemukan pada Senin (12/8/2024) itu diduga karena menerima perundungan.
Diberitakan Katadata, Kemenkes menginvestigasi RSUP Kariadi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) kementerian tersebut. Ini karena AR menempuh pendidikan PPDS berbasis rumah sakit di tempat itu.
Menkes Budi Gunadi Sadikin juga bakal menggandeng kepolisian untuk mengusut kasus ini.
"Kami mengirim audit karena ini sudah ada kematian, kami juga bekerja sama dengan kepolisian setempat untuk melakukan pemeriksaan," kata Budi di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (15/8/2024) dikutip dari Antaranews.
Budi juga mengatakan beberapa bukti dugaan bunuh diri dokter tersebut telah ditemukan. Salah satu bukti adalah catatan harian yang bisa ditelusuri penegak hukum dan Kemenkes.
"Kami akan konfirmasi, kalau benar-benar terjadi akan kami berikan sanksi yang tegas," kata Budi.
(Baca juga: Mahasiswa Kedokteran Bunuh Diri, Apa Pemicunya?)