Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang di DI Yogyakarta pada tahun 2024 mencapai Rp 174,22 miliar. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,3% dibandingkan tahun 2023. Meskipun terjadi peningkatan, pertumbuhan ini tergolong sedikit dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yaitu 5,79%. Nilai PDRB sektor ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak 2010.
Secara historis, pertumbuhan tertinggi PDRB sektor ini di DI Yogyakarta terjadi pada tahun 2014 dengan peningkatan mencapai 14,53%. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2020 dengan peningkatan hanya 0,71%. Rata-rata pertumbuhan PDRB sektor ini dalam 5 tahun terakhir (2020-2024) adalah sebesar 4,36%. Dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan 5 tahun sebelumnya (2015-2019) yang mencapai 7,2%, terlihat adanya penurunan pertumbuhan. Anomali terjadi pada tahun 2020 dan 2024.
(Baca: PDRB ADHB di Kabupaten Nganjuk Menurut Sektor pada 2024)
Pada tahun 2024, DI Yogyakarta menempati peringkat ke-6 untuk PDRB sektor ini di Pulau Jawa. Peringkat ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya dalam 5 tahun terakhir. Secara nasional, DI Yogyakarta berada di peringkat ke-23. Peringkat ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berada di peringkat ke-21. Peringkat ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah.
Secara keseluruhan, PDRB ADHB sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang di DI Yogyakarta menunjukkan tren positif dengan peningkatan nilai setiap tahunnya. Namun, pertumbuhan pada tahun 2024 mengalami perlambatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Pemerintah daerah perlu berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan sektor ini agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian daerah.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan, pemerintah DI Yogyakarta perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan dan program yang terkait dengan sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang. Fokus pada inovasi teknologi dan peningkatan investasi di sektor ini dapat menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan yang lebih signifikan di masa depan. Selain itu, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan juga perlu ditingkatkan.
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah menduduki peringkat ke-4 di Pulau Kalimantan dengan nilai PDRB sektor terkait mencapai Rp 218,68 miliar. Pertumbuhan sektor ini mencapai 13,31%, menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan beberapa wilayah lain. Peringkat ini menunjukkan potensi besar wilayah ini dalam pengembangan sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang. Capaian ini lebih baik dibandingkan DI Yogyakarta yang berada di urutan ke-6 di Pulau Jawa.
(Baca: PDRB ADHB di Kabupaten Boloang Mongondow Menurut Sektor pada 2024)
Bengkulu
Dengan nilai PDRB sebesar Rp 188,34 miliar, Bengkulu menempati peringkat ke-7 di Pulau Sumatera. Pertumbuhan sebesar 12,21% menunjukkan bahwa sektor ini berkembang cukup baik di wilayah tersebut. Meskipun demikian, masih ada ruang untuk peningkatan agar dapat bersaing dengan provinsi lain di Sumatera yang memiliki peringkat lebih tinggi. Peringkat ini lebih baik dari DI Yogyakarta pada skala nasional.
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara mencatatkan nilai PDRB sebesar Rp 179,56 miliar dan menduduki peringkat ke-4 di Pulau Sulawesi. Pertumbuhan sektor ini mencapai 5,8%, menunjukkan perkembangan yang moderat. Upaya lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi dalam pengelolaan sumber daya air dan limbah agar pertumbuhan dapat lebih tinggi di masa mendatang.
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat nilai PDRB sebesar Rp 131,87 miliar, menempatkannya di peringkat ke-2 di wilayah Nusa Tenggara dan Bali. Pertumbuhan sektor ini hanya 1,51%, paling kecil diantara wilayah yang dibandingkan, yang menandakan perlunya intervensi strategis untuk memacu pertumbuhan sektor ini di NTB. Nilai PDRB ini terendah dari 6 wilayah yang dibandingkan.
Aceh
Aceh mencatatkan nilai PDRB sebesar Rp 114,56 miliar dan menduduki peringkat ke-8 di Pulau Sumatera. Pertumbuhan sektor ini mencapai 14,92%, tertinggi dari semua wilayah yang dibandingkan. Pertumbuhan ini menunjukkan potensi besar wilayah ini dalam pengembangan sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang.
Riau
Riau mencatatkan nilai PDRB sebesar Rp 108,83 miliar dan menduduki peringkat ke-9 di Pulau Sumatera. Pertumbuhan sektor ini mencapai 6,21%, menunjukkan perkembangan yang moderat. Peringkat ini lebih baik dari DI Yogyakarta pada skala nasional.