Survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diolah Asosisasi Fintech Indonesia (Aftech) memperlihatkan tingkat inklusi keuangan beragam latar pekerjaan atau kegiatan masyarakat pada 2024.
Indeks inklusi keuangan mengukur ketersediaan akses masyarakat terhadap layanan keuangan. Indeks ini diukur dengan skor berskala 0-100%. Semakin tinggi angkanya, semakin baik tingkat literasinya.
>
Pensiunan/purnawirawan mengantongi skor indeks inklusi keuangan tertinggi secara komposit atau gabungan, sebesar 98,18%. Sementara keuangan konvensional sebesar 98,18% dan syariah sebesar 29,15%.
Selanjutnya, pegawai/profesional secara komposit sebesar 98,05%. Adapun indeks keuangan konvensionalnya sebesar 93,99% dan syariah sebesar 21,55%.
Lalu ada pengusaha/wiraswasta dengan total sebesar 85,4%. Indeks keuangan konvensionalnya sebesar 84,37% dan syariah sebesar 13,63%.
Ibu rumah tangga juga memiliki tingkat inklusi keuangan yang tinggi, secara gabungan sebesar 77,03%. Indeks keuangan konvensionalnya sebesar 75,36% dan syariah sebesar 13,32%.
Di luar empat pekerjaan ini, skor kompositnya di bawah 70%. Latar pekerjaan atau kegiatan tersebut di antaranya petani/peternak/bagian kebun/nelayan; pelajar/mahasiswa; hingga kelompok yang tidak atau belum bekerja, seperti terlihat pada grafik.
Skor indeks ini dihitung dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 yang dilakukan oleh OJK dan Badan Pusat Statistik (BPS). Indeks inklusi keuangan Indonesia sebesar 75,02% pada 2024, turun dari 85,10% pada 2022. Kendati demikian, OJK dan BPS menyebut adanya pembaruan pada metode survei pada 2024 sehingga capaian memang bisa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Pelaksanaan lapangan SNLIK 2024 dilakukan mulai 9 Januari hingga 5 Februari 2024 di 34 provinsi yang mencakup 120 kabupaten/kota termasuk 8 wilayah kantor OJK (1.080 blok sensus). Jumlah sampel SNLIK 2024 sebanyak 10.800 responden yang berumur antara 15 sampai dengan 79 tahun.
(Baca juga: Tingkat Literasi Keuangan Ragam Latar Masyarakat, Pegawai Tertinggi)