Bank BNI membukukan laba bersih sebesar Rp 18,31 triliun sepanjang 2022. Capaian ini naik hingga 68% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Realisasi laba bersih emiten berkode BBNI pada 2022 mencapai angka di atas pencapaian sebelum pandemi Covid-19. Adapun pada 2019 atau sebelum masa pandemi Covid-19, laba bersih BNI hanya Rp 15,38 triliun.
“(Capaian) ini merupakan perolehan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah BNI," ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dikutip dari Antara, Selasa (24/1).
Royke mengatakan, pencapaian laba bersih tersebut berasal dari Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan (PPOP) yang tumbuh 14,8% secara tahunan (yoy) menjadi Rp34,4 triliun, serta perbaikan kualitas kredit yang membuat biaya kredit (cost of credit) naik menjadi 1,9% pada 2022 secara tahunan 3,3% (yoy).
Selain itu, peningkatan pendapatan bank juga ditopang dari total kredit yang disalurkan sepanjang 2022 mencapai Rp646,19 triliun. Realisasi ini tumbuh di atas target awal perusahaan, yaitu mencapai 10,9% (yoy), diikuti dengan rasio pendapatan bunga bersih (Net Interest Margin) yang terjaga di posisi 4,8%.
"Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur," ujar Royke.
Selain itu, pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) juga tumbuh secara tahunan sebesar 8,7% (yoy) menjadi Rp14,8 triliun.
Secara tren, laba bersih BNI cenderung meningkat selama satu dekade terakhir. Perusahaan milik BUMN ini sempat mengalami penurunan laba bersih secara tajam pada 2020 akibat pandemi Covid-19 yaitu hanya Rp3,28 triliun.
(Baca: Ini Bank Penyalur Kredit Usaha Rakyat Terbesar sampai Desember 2022)