Riset dari British Council menunjukkan, ada tiga indikator yang dianggap penting untuk mengembangkan performa wirausaha sosial dan kreatif. Tiga indikator itu adalah inovasi, kreativitas, dan penciptaan ide.
Riset itu menyasar 1.388 perusahaan yang dilakukan secara tatap muka dan daring atau online. Berdasarkan tipologinya, ada social enterpreprises atau wirausaha sosial sebanyak 332 perusahaan; creative enterprises atau wirausaha kreatif 435 perusahaan; gabungan keduanya atau wirausaha sosial dan kreatif sebanyak 211 perusahaan.
Hasilnya, responden lebih banyak memilih kreativitas dan penciptaan ide sabagai hal yang paling penting untuk mengembangkan bisnisnya. Kedua indikator ini dinilai imbang sebanyak 99% dari wirausaha sosial kreatif. Sementara inovasi dipilih oleh 98% wirausaha sosial kreatif.
Rincian berdasarkan indikator dan proporsinya, untuk inovasi dipilih 98% wirausaha sosial kreatif; 72% wirausaha sosial; 75% wirausaha kreatif; dan 61% lainnya.
Untuk kreativitas, dipilih 99% wirausaha sosial kreatif; 75% wirausaha sosial; 75% wirausaha kreatif; dan 62% lainnya.
Untuk penciptaan ide dipilih 99% wirausaha sosial kreatif, 76% wirausaha sosial; 74% wirausaha kreatif; 60% lainnya.
"Jadi tampaknya fokus (wirausaha) sosial dan kreatif berhubungan dengan penciptaan ide dan kreativitas, apalagi ketika keduanya digabungkan," tulis tim riset dalam laporan Creative and Social Enterprise in Indonesia yang dipublikasikan 2020.
Di samping menyigi indikator penting untuk kemajuan lini usaha, tim riset juga menanyakan upaya perusahaan dalam perluasan bisnis, di antaranya investasi dalam aktivitas internalnya; penelitian dan pengembangan (litbang); atau proses desain apa pun selama tiga tahun terakhir.
Tim riset memandang, litbang menjadi pekerjaan kreatif yang dilakukan dalam suatu organisasi yang bisa meningkatkan pengetahuan untuk mengembangkan barang atau jasa dan proses yang baru dan lebih baik. Penelitian dan pengembangan serupa juga bisa didapatkan atau dibeli dari pihak ketiga.
"Di Indonesia, kegiatan penelitian dan pengembangan bukanlah prioritas bagi banyak perusahaan. Hal ini sesuai dengan temuan World Economic Forum dalam Indeks Daya Saing Global bahwa Indonesia berada di peringkat rendah dalam hal inovasi," tulis tim riset.
Sedangkan proses dapat dipahami sebagai keterlibatan dalam segala bentuk aktivitas desain, termasuk aktivitas strategis, untuk pengembangan atau implementasi barang, jasa, dan proses yang baru atau lebih baik.
(Baca juga: Kemenkumham Dorong Legalisasi Wirausaha Sosial, Sektor Apa Paling Banyak di RI?)