Jumlah pengangguran lulusan sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia meningkat dalam sedekade terakhir, khususnya sejak pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode Februari 2014-Februari 2020 jumlah pengangguran lulusan SMA berfluktuasi dengan nilai tengah atau median 1,89 juta orang.
Namun, setelah pandemi, tepatnya selama Agustus 2020-Agustus 2024, median jumlah pengangguran lulusan SMA naik menjadi 2,3 juta orang.
Mediannya naik karena sejak Agustus 2020 sampai sekarang jumlah pengangguran lulusan SMA konsisten melampaui 2 juta orang, seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Tren PHK Meningkat pada Januari-November 2024)
Kendati jumlahnya bertambah, rasio atau tingkat pengangguran terbuka (TPT) di kelompok ini cenderung turun.
Pada Februari 2014 angka TPT lulusan SMA mencapai 9,1%. Artinya, dari setiap 100 orang angkatan kerja lulusan SMA, ketika itu ada sekitar 9 orang yang menganggur.
Kemudian rasionya berfluktuasi di kisaran 6—10%, hingga terakhir menjadi 7,05% pada Agustus 2024. Dengan kata lain, dari setiap 100 orang angkatan kerja lulusan SMA saat ini, 7 orang di antaranya menganggur, lebih sedikit dibanding sedekade lalu.
Adapun istilah "pengangguran terbuka" yang dicatat BPS merepresentasikan angkatan kerja berusia 15 tahun ke atas yang memenuhi kriteria berikut:
- Tidak punya pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan;
- Tidak punya pekerjaan dan sedang mempersiapkan usaha baru;
- Tidak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan; atau
- Sudah punya pekerjaan/usaha, tetapi belum mulai bekerja/berusaha.
(Baca: Pertumbuhan Jumlah Wirausaha Indonesia 2014-2024)