International Organization for Migration (IOM) mengumpulkan data terkait wilayah tujuan pekerja migran dunia sebelum dinyatakan hilang atau meninggal.
IOM menyebut, lebih dari 8.700 orang telah meninggal atau hilang pada rute migrasi yang tidak teridentifikasi sejak 2014.
Dari data itu, IOM menilai bahwa meski diperlukan lebih banyak sumber daya untuk melacak kematian pekerja migran di semua wilayah tujuan, sangat penting untuk menargetkan daerah yang minim informasi atau sumber daya.
"Karena kematian begitu kecil kemungkinannya untuk didokumentasikan di daerah di mana risiko migrasi kurang dikenal," tulis IOM dalam laporannya.
Sedikitnya ada 10 rute atau wilayah tujuan teratas para pekerja migran sebelum hilang atau meninggal sejak 2014 hingga 2022.
Paling banyak teridentifikasi ketika di wilayah Mediterania Tengah, yang mencapai 20.122 orang. Kedua, Gurun Sahara, sebanyak 5.620 orang.
Ketiga, perbatasan Amerika-Meksiko sebanyak 4.133 orang. Keempat dan kelima, Afrika Barat atau Atlantis dan Mediterania Barat dengan jumlah masing-masing 2.976 orang dan 2.829 orang.
Laporan IOM berasal berbagai laporan dari otoritas lokal, lembaga swadaya masyarakat, laporan saksi mata kematian migran, dan berita media.
"Sementara pendekatan ini, fakta bahwa saat ini tidak ada negara yang menghasilkan data tentang kematian selama migrasi, itu berarti bahwa banyak kematian dan penghilangan selama migrasi tetap tidak terdokumentasi," tulis IOM.
Berikut 10 wilayah yang menjadi titik identifikasi terakhir sebelum pekerja migran lintas negara dinyatakan hilang atau meninggal:
- Mediterania Tengah 20.122 orang
- Gurun Sahara 5.620 orang
- Perbatasan Amerika-Meksiko 4.133 orang
- Afrika Barat/Atlantis 2.976 orang
- Mediterania Barat 2.829 orang
- Balkan Timur 2.162 orang
- Afghanistan-Iran 1.192 orang
- Ujung Afrika-Yemen 1.009 orang
- Rep Dominika-Puerto Rico 285 orang
- Balkan Barat 280 orang
(Baca juga: Pekerja Migran Indonesia di Asia Meningkat pada 2022, Penempatan Hong Kong Terbanyak)