Menurut data United States Geological Survey (USGS), volume cadangan kobalt secara global mencapai 11 juta metrik ton pada 2023.
Cadangan terbesar berada di Republik Demokratik Kongo yakni 6 juta metrik ton, setara 55% dari total cadangan global.
(Baca: 6 Jenis Mineral Paling Dibutuhkan untuk Transisi Energi)
Negara lain yang cadangan kobaltnya masuk jajaran top global adalah Australia (15%), Indonesia (5%), Kuba (5%), Filipina (2%), Rusia (2%), dan Kanada (2%).
Berikutnya ada Madagaskar (0,9%), Turki (0,8%), Amerika Serikat (0,6%), dan Papua Nugini (0,4%) dengan volume seperti terlihat pada grafik.
Menurut International Energy Agency (IEA), kobalt merupakan salah satu jenis mineral yang banyak dibutuhkan untuk memproduksi teknologi bersih, seperti pembangkit energi terbarukan, kendaraan listrik, dan sebagainya.
IEA memproyeksikan permintaan kobalt secara global akan terus meningkat, seiring dengan percepatan laju transisi energi.
(Baca: Proyeksi Permintaan Mineral untuk Transisi Energi Global)