Menurut International Energy Agency (IEA), tembaga merupakan jenis mineral yang paling banyak dibutuhkan untuk bahan baku teknologi pendukung transisi energi.
Teknologi tersebut mencakup pembangkit listrik tenaga surya, tenaga angin, kendaraan listrik, baterai, dan sebagainya.
Berdasarkan data IEA, volume permintaan tembaga untuk keperluan transisi energi secara global mencapai 6,37 juta ton pada 2023.
Jenis mineral lain yang permintaannya tergolong tinggi adalah grafit, nikel, litium, kobalt, dan logam tanah jarang dengan volume seperti terlihat pada grafik.
IEA juga memperkirakan permintaannya akan terus meningkat sampai 2040.
"Laju transisi energi yang semakin cepat akan meningkatkan permintaan mineral secara signifikan," kata IEA dalam laporan Global Critical Minerals Outlook 2024.
Dari 6 jenis mineral penting tersebut, komoditas yang banyak dimiliki Indonesia adalah tembaga, nikel, dan kobalt.
Indonesia bahkan masuk ke jajaran negara pemilik cadangan tembaga, nikel, dan kobalt terbesar di dunia.
Namun, sumber daya grafit, litium, dan logam tanah jarang Indonesia tidak tercatat di daftar top global.
(Baca: Bahan Baterai Mobil Listrik, Ini Negara dengan Cadangan Grafit Terbesar)