Pasar obligasi domestik menunjukkan pertumbuhan positif sepanjang tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ini terlihat dari pertumbuhan indeks obligasi Indonesia (Indonesia Composite Bond Index/ICBI) yang selalu mencatatkan pertumbuhan pada 2015-2017. Ekonomi yang tumbuh sekitar 5 persen, stabilnya nilai tukar rupiah, serta terkendalinya inflasi serta imbal hasil yang masih menarik menjadi penopang pasar surat utang Indonesia.
Pada perdagangan, Kamis (19/9) ICBI berada di level 236,144 naik 0,01 persen dari penutupan sehari sebelumnya. Alhasil, sepanjang 2017 indeks obligasi komposit telah naik 13,29 persen. Capaian ini mengalahkan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia yang hanya mencatatkan kenaikan 11,59 persen dari posisi akhir tahun lalu. Sementara nilai tukar rupiah justru melemah 0,36 persen.
Dinaikkannya peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional S&P Global ke level investment grade (layak investasi) dapat meningkatkan kepercayaan investor asing untuk tetap berinvestasi di pasar finansial global. Sebagai informasi, pada 2015, ICBI hanya naik 4,2 persen dan pada 2016 menguat sebesar 13,73 persen. Kemudian sepanjang tahun (sampai 19 Oktober 2017) telah naik lebih dari 13 persen.